BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Ibu (AKI) dan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat, salah satu upaya pemerintah adalah mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mendirikan Posyandu di desa-desa.
Pelayanan Kesehatan di Posyandu ini meliputi kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana, (KB), imunisasi, perbaikan gizi dan penanggulangan diare.
Namun karena keterbatasan yang ada di Posyandu, maka pelayanan kesehatan pada
ibu tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan ibu dan
anak (KIA) dan keluarga berencana (KB) maka didirikan Pondok Bersalin Desa (
Polindes) yang dikelola oleh bidan di desa bekerjasama
dengan dukun bayi, serta dibawah pengawasan dokter Puskesmas setempat. Oleh karena
itu, wahana atau forum yang ada di masyarakat yang dipandang mampu untuk
berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan diantaranya adalah POSYANDU dan
POLINDES.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
pengembangan wahana / forum PSM yang berperan dalam kegiatan Posyandu ?
2.
Bagaimana
pengembangan wahana / forum PSM yang berperan dalam kegiatan Polindes ?
1.3
TUJUAN
Agar dapat memahami dan mengerti mengenai pengembangan wahana / forum PSM yang berperan dalam
kegiatan Polindes dan Posyandu.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
POSYANDU
Posyandu merupakan
salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang di laksanakan oleh,dari dan
bersama masyarakat, untuk memperbayakan dan memberikan kemudahan kepada
,masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak balita.
2.1.1
Pengertian
a) Suatu forum
komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya
manusia sejak dini.
b) Pusat kegiatan
masyarakat dalam upaya kesehatan dan keluarga berencana ( Nasrul Effendi : 2000
).
c) Kegiatan
posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam
upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader
kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas
mengenai pelayanan kesehatan dasar ( Nasrul Effendi : 2000 ).
d) Posyandu adalah
pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan dalam rangka pencapaian NKBBS ( Nasrul Effendi : 2000 ).
2.1.2
Tujuan
posyandu
a) Mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan anak.
b) Peningkatan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (Infant
b) Peningkatan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR (Infant
Mortality
Rate/Angka Kematian Bayi).
c) Mempercepat penerimaan NKKBS.
d) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan- kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat.
e)
Pendekatan dan pemerataan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
usaha mening katkan
cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk
berdasarkan letak geografi.
f)
Peningkatan dan pembinaan peran
serta masyarakat dalam rangka alih.
teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan
masyarakat.
2.1.3
Sasaran
posyandu
a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun.
b. Anak balita usia 1 – 5 tahun.
c. Ibu hamil.
d. Ibu menyusui.
e. Ibu nifas.
f. Wanita usia subur.
2.1.4
Kegiatan
posyandu
a. Lima kegiatan posyandu (panca krida posyandu)
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2) Keluarga Berencana (KB)
3) Imunisasi4) Peningkatan Gizi
5) Penanggulangan Diare.
b. Tujuh kegiatan posyandu (sapta krida posyandu)
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2) Keluarga Berencana (KB)
3) Imunisasi
4) Peningkatan Gizi
5) Penanggulangan Diare
6) Sanitasi Dasar
7) Penyediaan Obat Essensial
8) Pembentukan Posyandu
2.1.5
Pembentukan
Posyandu
a.
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan balita,
pos immunisasi, pos keluarga berencana, pos kesehatan, pos lainnya yang bentuk
baru.
b. Persyaratan posyandu
1. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang
balita.
2. Terdiri dari 120 kepala keluarga.
3. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa).
4.
a. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam 1 tempat atau
kelompok
tidak
terlalu jauh. Alasan pendirian posyandu, agar Posyandu dapat memberikan
pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan pertolongan
pertama pada kecelakaan sekaligus dengan pelayanan KB.
b.
Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat sehingga
menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan
keluarga berencana.
2.1.6
Penyelenggara
posyandu
a.
Pelaksana
kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan
setempat di bawah bimbingan puskesmas.
b.
b.
Pengelola posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal
dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang
ada di wilayah tersebut
2.1.7
Lokasi/letak
posyandu
a. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat.
b. Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.
c. Dapat merupakan lokal tersendiri.
d. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk,
balai
rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
2.1.8
Pelayanan
Posyandu
a. Pelayanan kesehatan yang dijalankan
a) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
b) Penimbangan bulanan
c) PMT yang berta badannya kurang
d) Immunisasi bayi 3-14 bulan
e) Pemberian oralit yang menanggulangi diare
f) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
b. Pemeliharaan kesehatan ibu
hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
a) Pemeriksaan
kesehatan umum
b) Pemeriksaan
kehamilan dan nifas
c) Pelayanan
peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah
darah
darah
d) Immnunisasi TT
untuk ibu hamil
e) Peyuluhan
kesehatan dan KB
f) Pemberian alat
kontrasepsi KB
g) Pemberian oralit
pada ibu yang terkena diare
h) Pengobatan penyakit
sebagai pertolongan pertama
i) Pertolongan
petama pada kecelakaan
2.1.9 Sistem informasi di posyandu (sistem lima
meja)
a.
Meja
I
Layanan meja I
merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan pendaftaran pada ibu dan balita
yang datang ke Posyandu. Alur pelayanan posyandu menjadi terarah dan jelas
dengan adanya petunjuk di meja pelayanan. Petunjuk ini memudahkan ibu dan
balita saat datang, sehingga antrian tidak terlalu panjang atau menumpuk di
satu meja.
b.
Meja
II
Layanan meja II merupakan
layanan penimbangan.
c.
Meja
III
Kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan balita
mendaftar dan di timbang. Pencatatan dengan mengisikan berat badan balita ke dalam
skala yang di sesuaikan dengan umur balita. Di atas meja terdapat tulisan yang
menunjukan pelayanan yang di berikan.
d.
Meja
IV
Diketahuinya berat badan anak yang naik atau yang tidak
naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti
KB, penyuluhan kesehatan, pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi,
pil ulangan, kondom.
d. Meja V
Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang
datang ke posyandu dilayani di meja V. Kader menyiapkan nasi, lauk, sayur dan buah-buahan
yang akan dibagikan sebelum pelaksanaan Posyandu. Pemberian makanan tambahan
bertujuan mengingatkan ibu untuk selalu memberikan makanan bergizi kepada bayi
dan balitanya.
Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan
Balita menggunakan indiktor-indikator SKDN dimana :
a) S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu
b) K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai
KMS ( Kartu Menujuh Sehat)
c) D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu dan menimbang berat
badannya
d) N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami
peningkatan bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya.
2.1.10 Prinsip
dasar posyandu
a. Posyandu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat
perpaduan antara pelayanan profesional dan non prosfesional.
b. Adanya kerjasama lintas program yang baik (KIA, KB,
Gizi, Imunisasi, penanggulangan diare) maupun lintas sektoral (Departemen
Kesehatan RI, Departemen dalam negeri, BKKBN).
c. Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang/pos
timbang, pos imunisasi, pos kesehatan, dll).
d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (Bayi 0-1 tahun,
anak balita 1-5 tahun, ibu hamil, PUS).
e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan
PKMD/PHC.
2.1.1 1 Kategori posyandu
a) Posyandu Pratama (warna merah) dengan kriteria
posyandu yang belum mantap, kegiatannya belum rutin tiap bulan, kader aktifnya
terbatas.
b) Posyandu Madya (warna kuning) dengan kriteria
kegiatannya >8x/tahun, kader >5 orang, cakupan program utama (KB, KIA,
Gizi, Imunisasi) rendah yaitu 50%, kelestarian posyandu baik.
c) Posyandu Purnama (warna hijau).
d)Posyandu Mandiri (warna biru). Baik, bila jumlah kader
≥5 orang sedangkan kurang, bila jumlah kader <5 orang.
2.1.12
Indikator posyandu
a. Frekwensi penimbangan pertahun. Seharusnya kegiatan
ini dilakukan tiap bulan (12x/tahun). Tapi kenyataannya tidak semua posyandu
berfungsi setiap bulan, maka diambil batasan 8x/tahun. Rawan apabila frekuensi
penimbangan <8x/tahun, sedangkan cukup mapan apabila frekuensi penimbangan
8x/tahun.
b. Rata-rata jumlah kader tugas Baik jika D/S mencapai ≥ 50% sedangkan kurang jika D/S mencapai < 50 % (belum mantap).
b. Rata-rata jumlah kader tugas Baik jika D/S mencapai ≥ 50% sedangkan kurang jika D/S mencapai < 50 % (belum mantap).
2. 2. POLINDES
2.2.1 Pengertian POLINDES
Pondok bersalin desa (POLINDES) adalah salah satu bentuk
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat ( UKBM ) yang merupakan wujud nyata
bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan
dan pelanyanan kesehatan ibu dan anak lainnya , termasuk KB di desa.
Latar belakang sebagai bentuk peran serta masyarakat
polindes seperti halnya posyandu, di kelolah oleh pamong setampat.Dalam hal ini
kepala desa melalui lembaga pemberdayaan masyarakat (UPM).Namun berbeda dengan
posyandu yang pelayanannya doi lakukan oleh kader dan di dukung oleh petugas
puskesmas .Dalam pelayanannya polindes sangat trgantung dengan Bidan.Hal ini
karena pelayanan polindes di desa merupoakan pelayanan propesi Bidan .
Factor – factor yang menjadi factor pendukung polindes di
kabupaten:
- Dukungan
pemerintah daerah stempat
- Kerja
sama lintas sektr dan lintas program (KIA dan PROMKES)
- Koordinasi
yang baik antara puskesmas dengan Camat dan kepala desa.
- Kebutuhan
masyarakat terhadap keterampilan dan pelayanan Bidan serta
keramahan Bidan
desa.
Factor penghambat tumbuh kembang polindes :
- Kesulitan mendapatkan posisi yang strategis
- Kesulitan menggali peran serta masyarakat
- Bidan yang tidak tinggal di desa
- Kepercayaan dan budaya masyarakat , melahirkan dengan
dukun dan melahirkan di rumahnya sendiri.
2.2.2 Tujuan POLINDES
a. Meningkatnya
jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan dan penanganan pada
kasus gagal.
b. Meningkatnya
pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
c. Meningkatnya
kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu dan
keluarganya.
d. Meningkatnya
pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.
2.2.3 Fungsi POLINDES
a. Sebagai tempat
pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
b. Sebagai tempat
untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan konseling KIA.
c. Pusat kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
2.2.4 Kegiatan-kegiatan POLINDES
a. Memeriksa
kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan mendeteksi dini
resiko tinggi kehamilan.
b. Menolong
persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
c. Memberikan
pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Memberikan
pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta
imunisasi dasar pada bayi.
e. Memberikan
pelayanan KB.
f. Mendeteksi dan
memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang beresiko
tinggi baik ibu maupun bayinya.
g. Menampung
rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
h. Merujuk kelainan
ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
i. Melatih dan
membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
j. Memberikan
penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan
penggunaan ASI dan KB.
k. Mencatat serta
melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat.
2.2.5 Indikator POLINDES
a. Fisik
Bangunan
polindes tampak bersih, tidak ada sampah berserakan, lingkungan yang sehat,
polindes jauh dari kandang ternak, mempunyai ruangan yang cukup untuk
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai ruangan untuk pertolongan
persalinan, tempat yang bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik dan
terjamin, mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksanaan
pelayanan.
b.
Tempat tinggal bidan di desa
Keberadaan
bidan secara terus menerus/menetap menentukan efektivitas pelayanan, termasuk
efektifitas polindes, jarak tempat tinggal bidan yang menetap di desa dengan
polindes akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan di polindes, bidan yang
tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan
persalinan di desa.
c.
Pengelolaan polindes
Pengelolaan
polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan sekaligus pemanfaatan
pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan polindes yang baik adalah
keterlibatan masyarakat melalui wadah kemudian dalam menentukan tarif pelayanan
maka tarif yang ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan kemudahan
kepada masyarakat untuk memanfaatkan polindes, sehingga dapat meningkatkan
cakupan dan sekaligus dapat memuaskan semua pihak.
d.
Cakupan persalinan
Pemanfaatan
pertolongan persalinan merupakan salah satu mata rantai upaya peningkatan
keamanan persalinan, tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak
faktor, diantaranya ketersediaan sumber dana kesehatan, termasuk di dalamnya
keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya yaitu bidan di desa, dihitung
secara komulatif selama setahun, meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong
di polindes selain berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ibu hamil sekaligus
mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri, baik di dalam kemampuan teknis medis
maupun di dalam menjalin hubungan dengan masyarakat.
e.
Sarana air bersih
Polindes
dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi dengan MCK,
tersedia sumbe r air (sumur,
pompa, PDAM) dan dilengkapi pula dengan SPAL.
f.
Kemitraan bidan dan dukun bayi.
Merupakan
hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan di polindes,
dihitung secara komulatif selama setahun.
g.
Dana sehat
Sebagai
wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat yang pada gilirannya
diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat setempat untuk itu perlu dikembangkan ke seluruh
wilayah/kelompok sehingga semua penduduk terliput dana sehat.
h.
Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran
KIE
merupakan salah satu teknologi peningkatan PSM yang bertujuan untuk mendorong
masyarakat agar mau dan mampu memelihara serta melaksanakan hidup sehat sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan komunikasi, informasi dan
edukasi yang bersifat praktis dengan keberadaan polindes beserta bidan di
tengah-tengah masyarakat diharapkan akan terjalin interaksi antara bidan dan
masyarakat. Interaksi dengan intensitas dan frekwensi yang cukup tinggi akan
dapat mengatasi kesenjangan informasi kesehatan. Semakin sering bidan
menjalankan KIE akan semakin mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidup sehatnya termasuk di dalam meningkatkan kemampuan dukun bayi sebagai
mitra kerja di dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil. KIE untuk
kelompok sasaran seharusnya dilakukan minimal sekali setiap bulannya dihitung
secara komulatif selama setahun.
2.2.6 Kategori tingkat
perkembangan POLINDES
a. Pratama.
1) Fisik : belum
ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat.
2) Tempat tinggal
bidan : tidak tinggal di desa yang bersangkutan.
3) Pengelolaan
polindes : tidak ada kesepakatan.
4) Cakupan
persalinan di polindes : <10 %.
5) Sarana air
bersih : tersedia air bersih, tapi belum dilengkapi sumber air dan MCK.
6) Cakupan kemitraan
bidan dan dukun bayi : <25 %.
7) Kegiatan KIE
untuk kelompok sasaran : <6 kali.
8) Dana sehat/JPKM
: <50 %.
b. Madya.
1) Fisik : belum
ada bangunan tetap, memenuhi syarat.
2) Tempat tinggal
bidan : > 3 km.
3) Pengelolaan
polindes : ada, tidak tertulis.
4) Cakupan
persalinan di polindes : 10 – 15 %.
5) Sarana air
bersih : tersedia air bersih, belum ada sumber air, tapi ada MCK.
6) Cakupan
kemitraan bidan dan dukun bayi : 25 – 49 %.
7) Kegiatan KIE
untuk kelompok sasaran : 6 – 8 kali.
8) Dana sehat/JPKM
: < 50 %.
c. Purnama.
1) Fisik : ada
bangunan tetap, belum memenuhi syarat.
2) Tempat tinggal
bidan : 1 – 3 km.
3) Pengelolaan
polindes : ada dan tertulis.
4) Cakupan
persalinan di polindes : 20 – 29 %.
5) Sarana air
bersih : tersedia air bersih, sumber air dan MCK.
6) Cakupan
kemitraan bidan dan dukun bayi : 50 – 74 %.
7) Kegiatan KIE
untuk kelompok sasaran : 9 – 12 kali.
8) Dana sehat/JPKM
: < 50 %.
d. Mandiri.
1) Fisik : ada
bangunan tetap, memenuhi syarat.
2) Tempat tinggal
bidan : < 1 km.
3) Pengelolaan
polindes : ada dan tertulis.
4) Cakupan
persalinan di polindes : > 30 %.
5) Sarana air
bersih : tersedia air bersih, sumber air, MCK dilengkapi SPAL.
6) Cakupan
kemitraan bidan dan dukun bayi : < 75 %.
7) Kegiatan KIE
untuk kelompok sasaran : < 12 kali.
8) Dana sehat/JPKM
: ≥ 50 %.
2.2.7 Prinsip-prinsip POLINDES
a. Merupakan bentuk
UKBM di bidang KIA-KB.
b. Polindes dapat
dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa.
c. Memiliki tingkat
peran serta masyarakat yang tinggi, berupa penyediaan tempat untuk pelayanan
KIA, khususnya pertolongan persalinan, pengelolaan polindes, penggerakan
sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa.
d. Dalam
pembangunan fisik polindes dapat berupa ruang/ kamar yang memenuhi persyaratan
sehat, dilengkapi sarana air bersih, maupun peralatan minimal yang dibutuhkan.
e. Kesepakatan
dengan masyarakat dalam hal tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat,
dukungan operasional dan tarif pelayanan kesehatan di polindes.
f. Menjalin
kemitraan dengan dukun bayi.
g. Adanya polindes
tidak berarti bidan hanya memberi pelayanan di dalam gedung.
2.2.8 Unsur-unsur POLINDES
a. Adanya bidan di
desa.
b. Bangunan atau
ruang untuk pelayanan KIA-KB dan pengobatan sederhana.
c.
Adanya partisipasi masyarakat
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Posyandu
merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang di laksanakan
oleh,dari dan bersama masyarakat, untuk memperbayakan dan memberikan kemudahan
kepada ,masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak
balita. Sedangkan Pondok bersalin desa (POLINDES) adalah salah satu bentuk
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat ( UKBM ) yang merupakan wujud nyata
bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakan tempat pertolongan persalinan
dan pelanyanan kesehatan ibu dan anak lainnya , termasuk KB di desa.
Oleh
karena itu, wahana atau forum yang ada di masyarakat yang dipandang mampu untuk
berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan diantaranya adalah POSYANDU dan
POLINDES.
3.2 SARAN
Diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam pengembangan wahana dan
forum PSM yang berperan dalam kegiatan Posyandu dan Polindes yang terbentuk di
masyarakat. Dalam penulisan makalah ini, penulis masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan penulisan kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Karwati,
dkk. 2002. Asuhan Kebidanan V.
Jakarta; Trans Info Media
0 komentar:
Posting Komentar