BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Setiap
wilayah di Indonesia memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan
masing-masing wilayah terbentuk melalui proses sejarah panjang yang
berbeda-beda. Demikian juga kebudayaan, merupakan produk dari proses sejarah yang
panjang. Oleh karena itu, Sejarah Lokal merupakan yang kompleks yang memiliki
banyak aspek dari keseluruhan pengalaman kolektif masa lalu meliputi aspek
sosial-budaya, politik, agama, teknologi, ekonomi, dan sebagainya dalam suatu
wilayah tertentu.
Sejarah
lokal yang identik dengan cerita rakyat sampai sekarang masih berkembang terus
dan penyebarannya secara turun menurun oleh masyarakat. Tetapi masih banyak
cerita rakyat yang belum terdeteksi maupun terekam dalam bentuk tulisan maupun
kajian. Cerita ini biasanya berupa cerita yang berbentuk kepahlawanan, legenda,
keunikan, maupun yang lainnya. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di
daerah biasanya dikenang dan diingat dalam bentuk nama. Nama tersebut biasanya
diambil dari nama peristiwa, orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Menurut
Suyono (1990: 123) keseluruhan nama itu selalu mengandung makna, meskipun dalam
motif yang berbeda-beda, ada yang sebagai pengingat-pengingat suatu peristiwa,
sesuatu harapan, atau hanya sebagai suatu tanda.
Berbicara
masalah sejarah adalah sesuatu pemikiran yang mangacu pada masa lampau, oleh
karenanya pemaparan dalam hal sejarah merupakan panyampaian peran tentang
apa-apa yang pernah terjadi pada masa lampau. Kalau kita soroti dari segi
tujuan dalam hal pemaparan sejarah adalah sebagai bandingan pada masa sekarang
dan sebagai cerminan terhadap peristiwa masa akan datang. Dalam hal ini kita
berbicara sejarah yang lebih khusus yaitu sejarah desa.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
penelusuran sejarah desa?
2. Apa
yang dimaksud dengan peta desa?
3. Bagaimana
mengetahui rangking tingkat kekayaan dan kesejahteraan masyarakat?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui penelusuran sejarah desa
2. Untuk
mengetahui pengertian dan contoh dari peta desa
3.
Untuk mengetahui
rangking tingkat kekayaan dan kesejahteraan masyarakat
BAB II
ISI
2.1
Penelusuran
Sejarah Desa
Sejarah
Desa dapat dikategorikan kedalam sejarah lokal, mengandung suatu pengertian,
bahwa suatu peristiwa yang telah terjadi hanya meliputi suatu daerah dan tidak
menyebar ke daerah lainnya. Sejarah lokal tentang suatu daerah memuat masalah
awal suatu daerah tersebut seperti asal usul daerah bersangkutan sampai kepada
perkembangan daerah itu pada masa berikutnya. Taufik Abdullah (1996)
mendefinisikan sejarah lokal sebagai “sejarah dari suatu tempat”, suatu locality
yang batasnya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.
Setiap
wilayah di Indonesia memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan
masing-masing wilayah terbentuk melalui proses sejarah panjang yang
berbeda-beda. Demikian juga kebudayaan, merupakan produk dari proses sejarah
yang panjang. Oleh karena itu, Sejarah Lokal merupakan yang kompleks yang
memiliki banyak aspek dari keseluruhan pengalaman kolektif masa lalu meliputi
aspek sosial-budaya, politik, agama, teknologi, ekonomi, dan sebagainya dalam
suatu wilayah tertentu.
Sejarah
lokal yang identik dengan cerita rakyat sampai sekarang masih berkembang terus
dan penyebarannya secara turun menurun oleh masyarakat. Tetapi masih banyak
cerita rakyat yang belum terdeteksi maupun terekam dalam bentuk tulisan maupun
kajian. Cerita ini biasanya berupa cerita yang berbentuk kepahlawanan, legenda,
keunikan, maupun yang lainnya. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di
daerah biasanya dikenang dan diingat dalam bentuk nama. Nama tersebut biasanya diambil
dari nama peristiwa, orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Menurut Suyono
(1990: 123) keseluruhan nama itu selalu mengandung makna, meskipun dalam motif
yang berbeda-beda, ada yang sebagai pengingat-pengingat suatu peristiwa,
sesuatu harapan, atau hanya sebagai suatu tanda.
Berbicara
masalah sejarah adalah sesuatu pemikiran yang mangacu pada masa lampau, oleh
karenanya pemaparan dalam hal sejarah merupakan panyampaian peran tentang
apa-apa yang pernah terjadi pada masa lampau. Kalau kita soroti dari segi
tujuan dalam hal pemaparan sejarah adalah sebagai bandingan pada masa sekarang
dan sebagai cerminan terhadap peristiwa masa akan datang. Dalam hal ini kita
berbicara sejarah yang lebih khusus yaitu sejarah desa.
2.1.1
Manfaat
Penulisan Sejarah Desa
Merupakan langkah awal untuk terus menggali potensi sejarah
dan budaya masyarakat. Sangat penting kita untuk menoleh ke belakang untuk
mengetahui asal-usul diri kita, sehingga dapat dijadikan sebagai cermin bagi
langkah di masa depan. Ini merupakan manfaat utama dari kita mempelajari
sejarah.
Hal yang penting bagi generasi sekarang dan masa depan adalah
mengambil yang baik dari masa lalu dan membuang yang buruk. Dengan harapan agar
kita mendapatkan kuantitas dan kualitas yang lebih baik dibandingkan pada masa
lalu.
Penulisan sejarah desa merupakan bagian yang memiliki makna
yang strategis dari kajian sejarah lokal.Tujuan dari penulisan sejarah desa ini
selain untuk mendokumentasikan beberapa peristiwa penting dalam suatu wilayah
tertentu, juga merupaka langkah melakukan ‘demokratisasi sejarah’.
Maksud dari ‘demokratsasi sejarah’ adalah sudah saatnya
masyarakat mampu memberi makna dari beragam peristiwa sejarah baik tingkat
lokal sampai global.Inisiatif penulisan sejarah tersebut berasal dari dalam
masyarakat lokal (history from below).Sejarah lokal, dalam hal ini sejarah
desa, mempunyai manfaat yang banyak.Di antaranya sebagai sarana untuk
mendokumentasikan dan beragam nilai-nilai lokal, tradisi, adat dan kebiasaan
masyarakat lokal yang dapat membantu untuk mengenal dan memperkokoh identitas /
jati diri sosial kulturalnya.
2.1.2
Kesulitan
Penulisan Sejarah Desa
Menurut Guru Besar Ilmu Pendidikan Sejarah UPI, Prof Dr
Dadang Supardan M.Pd pada pidato pengukuhan jabatan Guru Besar UPI di Gedung
Balai Pertemuan UPI Jalan Setiabudhi, mengakui bahwa Indonesia kaya akan
sejarah lokal. Namun penulisan sejarah lokal di Indonesia masih mengalami
berbagai kesulitan padahal pelajaran sejarah sangat berkontribusi terhadap
integrasi bangsa.
Penulisan Sejarah Desa Pamulihan pun mengalami hal sama dan
memakan rentang waktu yang cukup panjang, berdasarkan informasi dari Bapak H.
Achmad Lazuardi Noor beliau adalah salah satu nara sumber utama Penulisan
Sejarah Desa Pamulihan, beliau memulai mengumpulkan bahan-bahan sudah dimulai
sejak tahun 1958. Beliau melakukan wawancara dengan beberapa orang sesepuh
desa, mengunjungi berbagai museum dan sebagainya. Dari hasil penulisannya
dipaparkan kepada orang-orang Desa Pamulihan dari berbagai kalangan untuk
dikoreksi atau dibantah jika terjadi ada kekeliruan atau ada sumber lain yang
lebih valid dari tulisannya.
Pada bulan Agustus 2013, untuk sementara penulisan Sejarah
Desa Pamulihan sudah dianggap rampung dengan mencoba mengundang berbagai
perwakilan tokoh-tokoh Desa Pamulihan baik tinggal di perantaun ataupun yang
tinggal di kampung termasuk perangkat desa, untuk melakuan Soft Launching
Sejarah Desa Pamulihan, bertempat di Hotel Purnama Kuningan, Jawa Barat.
2.2
Peta Desa
2.2.1
Peta dan
Batas Desa
·
Peta selalu
dapat dikaitkan dengan berbagai kepentingan (I-Pol-Ek-Sos-Bud-Duk-Han-Kam),
maka peta mendukungpembangunan dan ketertiban
pelaksanaan/penyelenggaraanpemerintahan yang baik;
·
Batas wilayah
adalah masalah spasial, dari perolehan data,pengolahan, s.d visualisasi, maka
mutlak memerlukan peta;
·
Peran peta:
visualisasi batas, media kesepakatandelimitasi/delineasi, dan media legalisasi;
·
Adanya ketentuan
ketelitian yang baku;
·
Adanya
keterbatasan skala;
·
Beragamnya
bentuk dan luas/bentang wilayah;
·
Tidak selalu tersedia peta-peta dasar
sebagaimana diharapkan;
Peta Batas Wilayah Desa (Peta BWD) adalah peta
yangmenyajikan batas-batas administrasi desa yang telah ditetapkanatau
disepakati oleh kedua desa yang berbatasan, atau telahditegaskan atau telah
diverifikasi.
2.2.2
Jenis Peta
Batas Wilayah:
a. Peta Hasil Penetapan Batas,
adalah peta batas yang dibuat secara kartometrik dari
peta dasar yang telah ada dengan tidak melakukan pengukuran di lapangan.
b. Peta Hasil Penegasan Batas,
adalah peta batas yang dibuat dengan peta dasar yang
ada ditambah dengan data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan.
c. Peta Hasil Verifikasi,
adalah peta batas yang telah dibuat oleh daerah dan
hasilnya dilakukan verifikasi oleh Tim PPBD Pusat sebelum ditandatangani oleh
Menteri Dalam Negeri.
2.2.3
Karakteristik Peta BWD
·
Skala berkisar
dari 1:1.000 s.d 1:10.000 (setidaknya untuk di P.Jawa);
·
Luas wilayah
relatif kecil dalam hirarki administrasipemerintahan;
·
Seluruh wilayah
desa tergambar pada satu lembar peta;
·
Unsur-unsur
rupabumi (alam dan buatan) yang digambarkanumumnya tidak begitu
banyak/kompleks;
·
Mempunyai daftar
dan penggambaran kordinat titik-titikbatas dengan orientasi arah utara yang
benar;
·
Menyajikan nama unsur-unsur geografi seperlunya.
2.2.4
Prosedur Penggambaran
Batas Desa pada Peta
1.
Asumsi pertama
adalah bahwa telah tersedia Peta DasarWilayah Desa;
2.
Jika Peta Dasar
tersebut belum tersedia, maka perlu diadakanterlebih dulu dengan cara:
a. Penggambaran ulang dari peta rupabumi wilayah
desa,atau peta dasar lain yang ada; atau
b. Pengukuran terestris wilayah desa; atau
3.
Penggambaran
dengan media foto udara; atau
4. Penggambaran dari interpretasi citra atau foto udara.
2.2.5
Menggambar Peta Desa
Gambar/Peta desa
yaitu teknik/metode pembuatan sketsa desa secara kasar untuk menggambarkan
masalah dan sumberdaya yang terdapat di desa, dan kemudian digunakan sebagai
bahan diskusi masalah dan potensi sumber daya desa dengan cara :
a. Masyarakat
atau kelompok masyarakat (antara 10-15 orang) diminta membuat sketsa peta desa
untuk menggambarkan sumber daya alam/lingkungan, sosial, permukiman, sumber
daya ekonomi, sarana dan prasarana) dan lain-lain.
Contoh Gambar Peta Desa
b. Gambar
desa seperti diatas dapat digunakan untuk melakukan pemetaan kemiskinan dengan
cara :
1) Gambarkan
lokasi permukiman secara lebih rinci, semua rumah tangga miskindigambarkan
dengan simbol sederhana dan disepakati masyarakat
2) Tandai
juga jumlah laki-laki dan perempuan di dalamnya; misalnya 3L, 4P (3 laki-laki
dan 4 perempuan). Bisa juga dirinci berapa dewasa,anak-anak,
danorang tua. Gunakan sketsa/gambar desa untuk mengajak masyarakat menyadari
kondisi lingkungan, permasalahan-permasalahan dan potensi-potensi yang ada.
2.3
Rangking Peringkat Kekayaan dan
Kesejahteraan
2.3.1
Tujuan
a.
Mengklasifikasi jumlah penduduk ke dalam kategori
tingkatan tertentu (seperti kaya, miskin, menengah) menurut kriteria khusus
setempat dan sesuai istilah di komunitas tersebut.
b.
Mengidentifikasi kriteria setempat mengenai kemiskinan
dan memahami alasan-alasan dikemukakannya kriteria-kriteria tersebut.
c.
Menghitung tingkat kesejahteraan masing-masing rumah
tangga dari tingkat kampung sampai desa.
d.
Hasil klasifikasi kesejahteraan digunakan untuk
mengidentifikasi kelompok-kelompok yang akan terlibat dalam diskusi kelompok
terfokus (FGD), untuk pemetaan akses orang miskin terhadap sarana–sarana umum
dan sumberdaya yang ada serta diskusi kajian mendalam selanjutnya.
e.
Mengetahui proporsi masing-masing tingkatan/kategori
menurut masyarakat.
2.3.2
Langkah-langkah
1.
Menjelaskan tujuan, alur proses, waktu yang dibutuhkan
dalam pengkajian
2.
Mengidentifikasi indikator /aspek yang berpengaruh
terhadap Kesejahteraan.
Langkah awal pengkajian difokuskan
pada, “Bagaimana masyarakat membedakan antara rumah tangga dalam komunitas desa
mereka”. Para peserta diminta menyampaikan pendapatnya mengenai hal-hal apa
saja yang membedakan tingkat kehidupan satu rumah tangga dengan rumah tangga
lainnya di desa. Jawaban-jawaban peserta didiskusikan dan dibahas melalui
pemetaan pemikiran yang menghasilkan kriteria tingkatan kesejahteraan
berdasarkan indikator setempat.
3. Menyusun
pembobotan terhadap indikator/ aspek yang telah teridentifikasi.
4. Menyusun
kelompok ciri-ciri pembeda pada setiap indikator/aspek
Dari berbagai indikator yang telah disepakati, kelompok
diskusi kemudian menyusun pembobotan berdasarkan pengaruh paling besar terhadap
pandangan tingkat kesejahteraan penduduk sesuai kondisi lokal.Pengaruh yang
paling besar diberi bobot tertinggi sedangkan indikator yang memiliki pengaruh
paling kecil diberi bobot yang terendah.
5. Menetapkan
penilaian terhadap setiap kelompok ciri-ciri pembeda
Pada setiap indikator, kelompok diskusi kemudian menyusun
ciri-ciri pembeda untuk penetapan strata setiap indikator yang dimunculkan.Hal
ini dimaksudkan untuk memberi pertimbangan dalam pemberian nilai sesuai kondisi
setiap rumah tangga.
6. Menetapkan
rentang nilai untuk rumah tangga sangat miskin, miskin, sedang dan kaya.
7. Setelah
semua indikator dan ciri-ciri pembeda setiap indikator dibobot, selanjutnya
dilakukan penilaian untuk menetapkan rentang nilai bagi rumah tangga sangat
miskin, miskin, sedang dan kaya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Ø
Menghitung skor tertinggi (jumlah keseluruhan
skor tertinggi ciriciri pembeda dari setiap indikator) dan menghitung skor
terendah (jumlah keseluruhan skor terendah ciri-ciri pembeda dari setiap
indikator)
Ø
Hasil skor tertinggi dikurangi hasil skor
terendah kemudian dibagi empat (4) (angka 4 diambil dari empat tingkatan
peringkat kesejahteraan yaitu: Sangat Miskin, Miskin, Sedang dan Kaya). Dengan
demikian didapatkanlah jumlah nilai standar yang digunakan dalam rangka
menentukan rentang nilai antara rumah tangga sangat miskin, miskin, sedang dan
kaya.
8.
Membuat kesepakatan untuk matrik peringkat
kesejahteraan sebelum melakukan sensus pada setiap rumah tangga, maka pleno
desa dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan atas Matrik Peringkat
Kesejahteraan yang kemudian akan menjadi pedoman dalam melakukan penetapan
kondisi tingkat kesejahteraan setiap rumah tangga
9.
Fasilitator menjelaskan bahwa peringkat kesejahteraan
keluarga yang telah dihasilkan akan dipakai untuk melakukan sensus sosial
keseluruh rumah tangga.Olehnya itu dibangunlah kesepakatan untuk menyepakati
agenda untuk merumuskan format sensus bersama Pemerintah Desa.
10. Sebelum
mengakhiri sesi ini,dipersilahkan salah seorang peserta untuk memberikan
apresiasi dan hikmah pembelajaran terkait dengan peringkat kesejahteraan yang
telah dihasilkan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari pembahasan makalah ini
yaitu :
Ø Sejarah
Desa dapat dikategorikan kedalam sejarah lokal, mengandung suatu pengertian,
bahwa suatu peristiwa yang telah terjadi hanya meliputi suatu daerah dan tidak
menyebar ke daerah lainnya. Sejarah lokal tentang suatu daerah memuat masalah
awal suatu daerah tersebut seperti asal usul daerah bersangkutan sampai
kepadaperkembangan daerah itu pada masa berikutnya.
Ø Gambar/Peta
desa yaitu teknik/metode pembuatan sketsa desa secara kasar untuk menggambarkan
masalah dan sumberdaya yang terdapat di desa, dan kemudian digunakan sebagai
bahan diskusi masalah dan potensi sumberdaya desa
Ø Tujuan dari rangking
peringkat kekayaan dan kesejahteraan, diantaranya:
o Mengklasifikasi
jumlah penduduk kedalam kategori tingkatantertentu (seperti kaya, miskin,
menengah) menurut kriteriakhusus setempat dan sesuai istilah di komunitas
tersebut.
o Mengidentifikasi
kriteria setempat mengenai kemiskinan danmemahami alasan-alasan dikemukakannya
kriteria-kriteriatersebut.
o Menghitung
tingkat kesejahteraan masing-masing rumahtangga dari tingkat kampung sampai
desa.
o Hasil
klasifikasi kesejahteraan digunakan untuk mengidentifikasikelompok-kelompok
yang akan terlibat dalam diskusi kelompokterfokus (FGD), untuk pemetaan akses
orang miskin terhadapsarana–sarana umum dan sumberdaya yang ada serta
diskusikajian mendalam selanjutnya.
o Mengetahui
proporsi masing-masing tingkatan/kategorimenurut masyarakat.
3.2
Saran
Dengan
adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswi dapat mengaplikasikan teori yang
ada dalam makalah ini dalam praktik kebidanan komunitas.