TUGAS ASUHAN NEONATUS
“IMUNISASI”
OLEH :
NAMA
: MUTIA SAMIRA PUTRI
NIM
: 114110408
TINGKAT
: 2A
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PRODI D III KEBIDANAN PADANG
2012/2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Imunisasi
adalah satu hal yang tidak dapat ditinggalkan dari kehidupan seseorang.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dengan adanya imunisasi maka ia akan lebih
peka terhadap bakteri atau virus yang sejenisnya tersebut di dalam tubuhnya.
Oleh sebab itu pemerintah mewajibkan kepada setiap orang tua agar dapat membawa
anaknya berimunisasi. Bagi orang tua yang bersedia membawa anaknya pergi
imunisasi bukan hanya telah melindungi anaknya dari awal tetapi juga telah membantu
program pemerintah yaitu menyehatkan seluruh anak – anak Indonesia.
Program imunisasi di Indonsia dimulai sejak tahun 1956 dengan
melaksanakan vaksinasi cacar di Puiau Jawa, hingga Indonesia dinyatakan bebas
cacar oleh WHO pada tahun 1974. Dengan keberhasilan tersebut maka sejak itu
dilakukan pula vaksinasi Toxoid Tetanus untuk Ibu Hamil (1974). Vaksinasi DPT
dimulai tahun 1976, vaksinasi BCG di tahun 1978. Pengem-bangan Program
Imunisasi (PPI) secara resmi dimulai tahun 1977.
1.2.
Tujuan
a.
Tujuan umum
Setelah
disusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan
bayi dengan imunisasi yang di wajibkan DPT- Hb, polio, BCG, campak dan
Hepatitis berdasarkan umur bayi dan imunisasi yang dianjurkan HIB, PCV, MMR,
Influenza, tifoid, hepatitis A, varisella. Dalam jenis-jenis ini imunisasi
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui vaksin terbuat dari apa, tempat
penyimpanan, sediaan, peralatan yang harus disiapkan, cara pemberian, syarat,
manfaat, dan efek samping dari pemberian imunisasi
b.
Tujuan khusus
1. Mengetahui Pengertian imunisasi
2. Mengetahui tujuan imunisasi
3. Mengetahui syarat pemberian imunisasi
4. Mengetahui Macam-macam imunisasi
5. Mengetahui Jenis-jenis imunisasi
6. Mengetahui jadwal pemberian imunisasi
1.3.
Manfaat
a.
Bagi bayi
Mencegah
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b.
Bagi ibu
Menghilangkan
kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong keluarga kecil
apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa kanak-kanak
dengan aman.
c.
Bagi Negara
Memperbaiki
tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia diantara segenap
bangsa didunia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Imunisasi
Imunisasi
adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi
/ pengebalan adalah suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal terhadap
penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Imunisasi merupakan salah
satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi
biaya (Wahab, 2000). Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi
yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas
ambang perlindungan. (Depkes RI, 2005).
Secara
khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika masuk ke
dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat anti. Bila
antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat
anti terhadap racun kuman disebut antitoksin.
Dalam
keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk antibody
untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody
tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu
yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya.
Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan / kuman mati / zat yang bila
dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit : Poliomyelitis
(kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk
seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC), Hepatitis B dan untuk
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah
yang sering berjangkit.
Imunisasi
biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
2.2. Tujuan
Imunisasi
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari
imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis
B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan
lain sebagainya.
2.3 Syarat Pemberian Imunisasi
Paling utama adalah
anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada
prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus,
bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan
antibodi (kekebalan). Nah, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus
dalam kondisi fit. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk
tidak bagus.
Imunisasi tidak boleh
diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak mengalami kelainan atau
penurunan daya tahan tubuh misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS atau
dalam penggunaan obat obatan steroid, anak diketahui mengalami reaksi alergi
berat terhadap imunisasi tertentu atau komponen imunisasi tertentu.
2.4. Macam-Macam Imunisasi
· Imunisasi Aktif
Kekebalan
aktif adalah kekebalan yang di buat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap
suatu panyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
Kekabalan aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus “ system imunitas” yang
menghasilkan antibody dan kekebalan seluler dan bertahan lebih lama disbanding
kekebalan pasif. (Depkes, 2000)
Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:
Ø
Imunisasi aktif
alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh dari suatu
penyakit. Misalnya pada terkena difteri
/poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi silent
abortive, sembuh selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut. Hal ini karena
paparan penyakit terhadapsistem kekebalan (sel limfosit) tersebut akan beredar
dalam darah darah dan apabila suatu ketika terpapar lagi dengan antigen yang
sam, sel limfosit akan memeproduksi antibody untuk mengenbalikan kekuatan
imunitas terhadap penyakit tersebut.
Ø
Imunisasi aktif
buatan
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di berikan untuk
mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit. Dikenal dengan imunisasi dasar
dan booster. Misalnya pemberian vaksin (cacar dan polio) yang kumannya masih
hidup, tetapi sudah dilemahkan (virus, kolera, tipus, pertusis, toksoid
(toksis))
·
Imunisasi
Pasif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya di dapat dari
luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanus Serum).Pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah: Terdapat pada bayi
yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibodi dari
ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan.misalnya antibodi terhadap
campak. Imunisasi pasif ini di bagi
yaitu:
Ø Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh ibu yang
merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
Kekebalan pada bayi , karena mendapatkan zat anti yang diturunkan dari
ibunya, ketika ia masih berada di dalam kandungan. Antibodi dari darah ibu,
melalui placenta, masuk kedalam darah si ibu.
Macam dan jumlah zat anti yang didapatkannya tergantung pada macam dan
jumlah zat anti yang dimiliki ibunya.
Macam kekebalan yang diturunkan antara lain: terhadap tetanus, diptheri,
pertussis, typhus.
Kekebalan ini biasanya berlangsung sampai umur 3-5 bulan, karena zat anti
ini makin lama makin berkurang, sedang ia sendiri tidak membuatnya.
Ø Imunisasi pasif
buatan.
Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk mencegah
penyakit tertentu.
Kekebalan
yang diperoleh seseorang karena orang itu diberi zat anti dari luar. Pemberian
zat anti dapat berupa pengobatan (therapeutika) maupun sebagai usaha pencegahan
(propilactic). Misalnya: seorang yang luka karena menginjak paku, karena ia
takut menderita tetanus ia disuntik ATS (Anti Tetanus Serum), sebagai usaha
pencegahan.
Indikasi
imunisasi pasif secara umum
a) Defisiensi
sintesis antibody akibat defek B-limfosit bawaan maupun didapat.
b) Rentan
terhadap suatu penyakit terpapar atau kemungkinan terpapar ( missal anak dengan
leukemia terpapar varisela atau campak) atau tidak cukup waktu untuk memperoleh
proteksi dengan vaksinasi (keadaan terpapar campak, rabies, hepatitis B)
c) Sebagai
pengobatan membantu menekan dampak toksin (missal keracunan atau luka bakar,
difteria, tetanus) atau menekan proses inflamasi yang terjadi (Penyakit
kawasaki)
2.5 Jenis-jenis Imunisasi :
A. IMUNISASI YANG
DIWAJIBKAN
1.
Imunisasi BCG
Vaksin BCG tidak dapat
mencegah seseorang terhindar dari TBC, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit
lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan. Ditemukan oleh
Calmette dan Guerin.
Dosis dan cara pemberian :
Diberikan sebelum usia 2
bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml,
sebelah kanan.
Sediaan dan penyimpanan
Vaksin BCG berbentuk bubuk
kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera
dipakai dalam waktu 3 jam sisanya ditimbun dalam tanah dan di bakar di atasnya,
Penyimpanan pada suhu < 5°C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).
Kontra
indikasi pemberian vaksin BCG:
·
Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun
kongenital,
leukemia, keganasan
leukemia, keganasan
·
Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat
kanker, radiasi
·
Hamil
Penggunaannya :
1.
Persiapan alat :
v Ampul
BCG
v Pelarut
v Gergaji
Ampul
v Semprit
untuk BCG + jarum
v Kapas
lembab dan plastik
2.
Cara mempersiapkan vaksin BCG :
v Membuka
ampul
Sebelum dibuka, ampul diketuk – ketuk dahulu
supaya semua vaksin turun ke dasar ampul, kemudian ampul digergaji, saat
mematahkan bungkus ampul dengan plastik
v Cara
melarutkan vaksin
Pelarut dihisap dengan spuit 10 cc sebanyak 4 cc dan kemudian dimasukkan ke ampul vaksin
BCG tunggu sebentar sampai semua serbuk larut kemudian digoyang – goyang sampai
vaksin ini larut secara merata
3.
Mengatur Posisi Bayi
v Bayi
dipangku ibunya, pakaian bayi yang menutupi lengan kanan atas dibuka
v Tempat
penyuntikan 1/3 bagian kanan atas (inertion M.Deltoideus)
v Isilah
semprit dengan vaksin BCG sebanyak 0,05 cc
4.
Cara Mengisi Semprit
v Sediakan
semprit dengan jarum untuk vaksin BCG
v Masukkan
jarum kedalam ampul yang sudah dibuka
v Pada
waktu mengisap vaksin dilebihkan sedikit (satu dosis) agar pada waktu buang
gelembung udara jumlah vaksin tetap satu dosis
5.
Cara Penyuntikan BCG
•
Bersihkan lengan kanan atas dengan kapas yang
dibasahi air matang
•
Peganglah lengan kanan anak dengan tangan kiri
sehingga tangan kiri berada di lengan anak. Lingkarkan jari – jari tangan bawah
kulit lengan atas anak meregang
•
Pegang semprit dengan tangan kanan dengan
lobang jarum menghadap ke atas
•
Masukkan ujung jarum ke dalam kulit, usahakan
sedikit mungkin melukai kulit
•
Pertahankan jarum sejajar dengan lengan anak
dan lobang tetap menghadap ke atas
•
Jangan menekan jarum terlalu lama dan jangan
meregangkan ujung jarum terlalu menukik
•
Letakkan ibu jari tangan kiri anda di atas
ujung barel
•
Pegang pangkal barel antara jari telunjuk
dengan jari tengah lalu doronglah piston dengan ibu jari tengan kanan anda
•
Bila
cara tepat : timbul benjolan dikulit mendatar dengan kulit kelihatan
pucat dan pori – pori jelas .
Efek samping
:
1.
Reaksi normal
Bakteri
BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi
pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10
mm.Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang
kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun
pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka
tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.
2.
Reaksi berat
Kadang
terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam,
kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini
disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu
tinggi.
3.
Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai
kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2
minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan
anak tersebut telah terinfeksi BCG.
2.
Imunisasi Hepatitis B
Vaksin berisi HBsAg murni.
Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam
setelah lahir + imunisasi Hepatitis B. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling
luar (mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian.
Diberikan sedini mungkin
setelah lahir, Dosis kedua 1 bulan berikutnya Dosis ketiga 5 bulan berikutnya
(usia 6 bulan), Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian.
Suntikan secara Intra
Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.
. Kemasannya menggunakan PID. Vaksin
hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan Penyimpanan vaksin pada
suhu 2-8°C.
Cara Pemberian Dan Dosis
•
Sebelum digunakan dikocok terlebih dahulu
•
Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1
buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada
anterolateral paha
•
Pemberian sebanyak 3 dosis
•
Dosis pertama diberikan pada usia 0 – 7 hari,
dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan)
3.
Imunisasi
Campak
Imunisasi campak digunakan
untuk mencegah penyakit campak. Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick
chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin
Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.
·
Diberikan pada bayi umur 9
bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu.
·
Dosis 0,5 ml diberikan sub
kutan di lengan kiri.
·
Disimpan pada suhu 2-8°C,
bisa sampai – 20 derajat Celsius
·
Vaksin yang telah
dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C
·
Jika ada wabah, imunisasi
bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian.
Efek samping: demam, diare,
konjungtivitis, ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis
lebih jarang.
Kontra
indikasi pemberian vaksin campak:
·
infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius
·
gangguan sistem kekebalan
·
pemakaian obat imunosupresan
·
alergi terhadap protein telur
·
hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
·
wanita hamil.
Penggunaan :
Cara
Mempersiapkan Vaksin Campak
1. Cara
melarutkan vaksin campak
v Cek
label flakon vaksin berapa cc yang dibutuhkan.
v Ambillah
semprit 5 cc dan jarum oplos yang steril.
v Buka
ampul / flakon pelarut yang diperlukan.
v Sedot
pelarut kedalam semprit.
v Bersihkan
tutup plakon dengan kapas basah dan masukkan pelarut dalam vaksin campak.
v Kocoklah
sampai vaksin benar – benar telah bercampur.
2.
Mengisi Semprit
v Ambil
semprit 1 cc yang
v Bersihkan
tutup karet flakon dengan kapas basah.
v Isap 0,6
cc vaksin kedalam semprit.
v Keluarkan
gelembung udara
3.
Mengatur Posisi Bayi
v Dudukkan
bayi dipangkuan ibunya.
v Lengan
kanan bayi dilipat keketiak ibunya.
v Ibu
menopang kepala bayi.
v Tangan
kiri ibu memegang tangan kiri bayi.
4.
Cara penyuntikan
·
Pada 1/3
bagian lengan atas
·
Ambil sedkit kapas yang telah dibasahi dengan
air bersih dan bersihkan tempat penyuntikan.
·
Jepitlah lengan yang akan disuntikan dengan
jari – jari tangan kiri.
·
Masukkan jarum kedalam kulit yang dijepit
dengan sudut kira – kira 450
terhadap lengan, pastikan jarum
tidak mengenai pembuluh darah. Bila ada darah maka jarumnya dicabut dan
dipindahkan ketempat lain.
·
Tekan piston perlahan-lahan
·
Cabut jarum dan usaplah bekas suntikan dengan
kapas basah untuk membersihkan kulit
4.
Imunisasi DPT
Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang
disebut “triple vaksin”.
jumlah suntikan : 3 x
Diberikan pada usia 2, 4, 6 bulan. Selang pemberian minimal 4 minggu, Dosis 0,05 cc, IM / SC, Vaksin
DPT disimpan pada suhu 2-8°C. Vaksin akan rusak bila dibekukan kena panas.
Vaksin toxoid difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT, difteri
disebabkan oleh bakteri yang memproduksi racun, vaksin terbuat dari toxoid
yaitu racun difteri yang telah dilemahkan.
Vaksin pertusis
Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit
pertusis adalah bakteri vaksin dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan
mudah rusak, bila kena panas, sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin DPT
komponen pertusis merupakan vaksin yang paling mudah rusak.
Vaksin tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT. Tetanus disebabkan oleh
bakteri yang memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang telah
dilemahkan.
Kontraindikasi
·
DPT
1 : Panas lebih
dari 38°C, riwayat kejang demam
·
DPT 2 atau 3
: Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT
(misalnya suhu tinggi dengan kejang,
penurunan kesadaran, shock)
Efek samping :
1. Panas
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari
setelah mendapat imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh 1 – 2 hari. Anjurkan
agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan
air yang dicelupkan ke air hangat.
2. Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
3. Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka
hal ini mungkin disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik
yang tidak steril karena :
- Jumlah tersentuh
- Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang
tidak steril.
- Sterilisasi kurang lama.
- Pencemaran oleh kuman.
4. Kejang-kejang
Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui
petugas reaksi disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.
Penggunaan :
1. Menyiapkan Vaksin DPT:
a. lihatlah dahulu labelnya
b. Kocok
2. Cara Mengisi Semprit DPT
a.
Buka tutup metal
b.
Usaplah karet penutup flakon dengan kapas basah
c.
Ambil spuit 1 cc
d.
Pasanglah jarum DPT ke semprit
e.
Tusuklah jarum ke dalam flakon melalui tutup karet
f.Masukkan udara ke dalam flakon
dan isaplah vaksin sebanyak 0,6 cc ke dalam semprit
g.
Cabut jarum dari flakon,
jangan ada gelembung udara, lalu dorong piston sampai
ukuran 0,5 cc
h.
Gunakan 1 semprit steril dan 1 jarum untuk setiap satu
suntikan
3. Mengatur Posisi Bayi
a. Bayi dipangku oleh ibu
b. Tangan kiri ibu merangkul
bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi luar tangan kiri bayi
c. Tangan kanan bayi melingkar ke
badan ibu
d. Tangan kanan ibu memegang kaki
bayi dengan kuat
4. Cara Penyuntikan
a. Paha sebelah luar
b. Letakkan ibu jari dan telunjuk
pada posisi yang akan disuntik
c. Peganglah otot paha antara
jari – jari telunjuk dan ibu jari
d. Bersihkan lokasi suntikan
dengan kapas basah
e. Tusukkan jarum tegak lurus
kebawah melalui kulit antara jari anda sampai ke dalam otot
f. Tarik piston sedikit untuk
meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai
pembuluh darah
g. Dorong pangkal piston dengan
ibu jari untuk memasukkan vaksin
5.
Imunisasi Polio
Tindakan memberi vaksin poli
(dalam bentuk oral) atau di kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV)
bertujuan memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis, vaksin
yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia berasal dari
vaksin hidup (yang telah dilemahkan)
vaksin berbentuk cairan.
Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul. Diberikan pada bayi 4 x dengan jarak minimal 4
minggu umur 0,2,4,6 bulan sebanyak 2 tetes.
Efek samping : Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak
bekerja dengan baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat
diare berat.
Kontra
indikasi pemberian vaksin Polio:
·
Defisiensi imunologik atau kontak dengannya
Penggunaan :
1. Cara Mempersiapkan Vaksin
Polio
a. Bukalah tutup metal atau karet
b. Pasanglah pipet plastic pada
flacon
c. Vaksin polio siap diberikan
2. Atur Posisi Bayi
a. Bayi dilentangkan pangkuan
ibu dan
memegangnya erat – erat
b. Mulut bayi dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua
pipi bayi sehingga mulut terbuka.
c.
Teteskan vaksin polio langsung dari pipet kedalam
mulut bayi sebanyak 2 tetes, dan pipet tidak menyentuh mulut bayi
B. Imunisasi yang dianjurkan
1. IMUNISASI HIB
Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat
untuk mencekal kuman HiB (Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang
selaput otak sehingga terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis.
Meningitis sangat berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen sampai
kepada kematian. Selain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat
menyebabkan radang paru dan radang epiglotis.
Mula-mula, kuman ini berada di dalam rongga
hidung kemudian masuk ke darah dan menyebar sampai ke otak dengan masa inkubasi
satu minggu. Gejala yang muncul bisa berupa demam tinggi lebih dari 38,50C,
pusing, menggigil, kejang-kejang, dan kesadaran menurun. Bila sudah terjadi
serangan harus diatasi dengan segera dan tepat oleh dokter yang memahami betul
penyakit ini. Jika meningitis tak diobati dengan baik atau terlambat ditangani,
akan menimbulkan gejala sisa, seperti lumpuh, tuli, bahkan kadang tak bisa
melihat. Pada banyak anak perkembangannya juga terlambat, bisa retardasi mental
atau cerebral palsy. Itulah mengapa, peran imunisasi HiB dalam mencekal
penyakit ini sangatlah penting.
Usia & JumlahPemberian:
Diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia
2, 4, 6, dan 15 atau 16 bulan. Bila terlambat diberikan, semisal hingga usia 5
bulan belum diimunisasi, maka dapat diberikan di usia 6 bulan dan 15 atau 16
bulan.
Efek Samping:
Efek Samping:
Umumnya muncul demam ringan yang akan reda
dengan sendirinya.
Tingkat Kekebalan:
Tingkat Kekebalan:
Efektivitasnya mencapai 97-99%.
Kontra Indikasi:
Tak dapat diberikan pada anak yang sakit
atau kekebalannya sedang menurun untuk menghindari efek samping yang mungkin
terjadi.
2. Imunisasi PCV
Jenis imunisasi ini tergolong baru di
Indonesia. PCV atau Pneumococcal Vaccine alias imunisasi pneumokokus memberikan
kekebalan terhadap serangan penyakit IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni
meningitis (radang selaput otak), bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia
(radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae
atau Pneumokokus yang penularannya lewat udara. Gejala yang timbul umumnya demam
tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan
diri. Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar lewat darah
(invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi. Diperlukan imunisasi
Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini.
Usia & Jumlah Pemberian:
Dapat diberikan sejak usia 2 bulan, kemudian
berikutnya di usia 4 dan 6 bulan. Sedangkan pemberian ke-4 bisa dilakukan saat
anak usia 12-15 bulan atau ketika sudah 2 tahun.
Bila hingga 6 bulan belum divaksin, bisa
diberikan di usia 7-11 bulan sebanyak dua dosis dengan interval pemberian
sedikitnya 1 bulan. Dosis ke-3 dapat diberikan pada usia 2 tahun. Atau hingga
12 bulan belum diberikan, vaksin bisa di berikan di usia 12-23 bulan sebanyak
dua dosis dengan interval sedikitnya 2 bulan.
Efek Samping:
Biasanya muncul demam ringan, kurang dari
380c, rewel, mengantuk, nafsu makan berkurang, muntah, diare, dan muncul
kemerahan pada kulit. Reaksi ini terbilang umum dan wajar karena bisa hilang
dengan sendirinya.
IPD Sepintas KILAS*
IPD Sepintas KILAS*
Meningitis
Terjadi peradangan di meninges/membran di
sekitar otak dan urat saraf tulang belakang. Selain kuman Pneumokokus, bisa
juga disebabkan kuman Haemophilus influenzae type B, tetapi yang paling sering
adalah bakteri Pneumokokus. Bila sudah menyerang otak, 17% penderita akan
meninggal dalam waktu 48 jam setelah serangan terjadi. Hanya 50% kemungkinan
penderita bisa diselamatkan. Awalnya, bakteri ini berkolonisasi di mukosa
nasofaring, yakni lapisan di rongga di sekitar hidung dan tenggorokan. Saat
daya tahan tubuh anak menurun, bakteri akan masuk ke aliran darah dan mencapai
meningen (selaput otak) sehingga terjadilah infeksi.
Bakteremia
Bila sudah terjadi infeksi Pneumokokus di
dalam aliran darah, maka anak sangat rentan terserang infeksi di organ lain.
Gejala yang muncul umumnya menggigil, suhu badan tinggi, rewel, kemerahan pada
kulit dan bintik merah. Bila tak ditangani dengan baik, bakteremia akan diikuti
dengan sepsis, yakni infeksi di berbagai organ tubuh yang bisa berujung pada
kegagalan fungsi organ (multiorgan failure).
Pneumonia
Pneumonia
Di hari ke-3 serangan akan muncul demam
tinggi, menggigil, sakit di dada, sakit perut, kemudian diikuti batuk dan sesak
napas. Gejala lain yang bisa muncul adalah tarikan napas yang melebihi angka
normal. Pada bayi melebihi 60 tarikan, sedangkan pada anak di atas 1 tahun
melebihi 50 tarikan napas. Sekitar 10-20% penderita pneumonia sudah mengalami
bakteremia sehingga sulit sekali diobati. Diperkirakan 4 bayi meninggal setiap
menit karena penyakit ini.
3. Imunisasi MMR
Memberikan kekebalan terhadap serangan
penyakit Mumps (gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella (campak
Jerman). Terutama buat anak perempuan, vaksinasi MMR sangat penting untuk
mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki,
nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubela dan menulari sang istri
yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan
kecacatan pada janin. Kontra indikasi: wanita hamil, imuno kompromise, kurang
2-3 bulan sebelumnya mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi
anafilaksis terhadap telur
Usia & Jumlah Pemberian:
Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan
dan 6 tahun. Jika belum mendapat imunisasi campak di usia 9 bulan, maka MMR
dapat diberikan di usia 12 bulan, dan diulangi pada umur 6 tahun.
Catatan:
Bila orangtua khawatir atau anak menunjukkan
keterlambatan bicara dan perkembangan lainnya, pemberian imunisasi MMR dapat
ditunda hingga anak berusia 3 tahun. Bila semua proses tumbuh kembangnya tak
ada masalah alias normal, vaksin MMR dapat diberikan kepada anak.
Efek Samping
Beberapa hari setelah diimunisasi, biasanya
anak mengalami demam, timbul ruam atau bercak merah, serta terjadi pembengkakan
di lokasi penyuntikan. Namun tak perlu khawatir karena gejala tersebut
berlangsung sementara saja. Demamnya pun dapat diatasi dengan obat penurun
panas yang dosis pemakaiannya sesuai anjuran dokter.
MMR = Gondongan, Campak, & Campak Jerman
Gondongan
Penyakit infeksi akut akibat virus mumps ini
sering menyerang anak-anak, terutama usia 2 tahun ke atas sampai kurang lebih
15 tahun. Ada beberapa lokasi yang diserang seperti kelenjar ludah di bawah
lidah, di bawah rahang, dan di bawah telinga (parotitis). Masa inkubasi sekitar
14-24 hari setelah penularan yang terjadi lewat droplet. Awalnya muncul demam
(bisa sampai 39,50C), disertai pusing, mual, nyeri otot atau pegal terutama di
daerah leher, lesu dan lemah. Sehari kemudian tampak bengkak di bawah telinga
sebelah kanan dan kemudian menjalar ke sebelahnya.
Karena gondongan bersifat self-limiting
disease (sembuh sendiri tanpa diobati), pengobatan dilakukan sesuai gejala
simptomatik. Disamping meningkatkan daya tahan tubuh dengan asupan makanan
bergizi dan cukup istirahat. Biasanya dokter juga akan memberi antibiotik untuk
mencegah terjadi infeksi kuman lain. Sebenarnya, jika daya tahan tubuh bagus,
anak tak akan tertular. Dan jika sudah sekali terkena, gondongan tak akan
berulang.
Campak Jerman
Campak Jerman atau rubella berbeda dari
campak biasa. Pada anak, campak Jerman jarang terjadi dan dampaknya tak sampai
fatal. Kalaupun ada biasanya terjadi pada anak yang lebih besar, sekitar usia
5-14 tahun. Hanya gejalanya yang hampir sama seperti flu, batuk, pilek dan demam
tinggi. Nafsu makan penderita juga biasanya menurun karena terjadi pembengkakan
limpa. Namun, bercak merah yang timbul tak sampai parah dan cepat menghilang
dalam waktu 3 hari.
4. Imunisasi Influenza
Influenza merupakan penyakit infeksi saluran
napas yang disebabkan virus. Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena
virusnya bisa menyebar lewat udara yang bila terhirup dan masuk ke saluran pernapasan
kita langsung tertular.
Sebenarnya, influenza tergolong ringan
karena sifatnya yang self-limiting disease alias bisa sembuh sendiri tanpa
diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak minum air putih, dan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi seimbang.
Akan tetapi, influenza bisa berisiko pada
anak-anak tertentu. Di antaranya, penderita asma dan penyakit paru-paru kronis
lainnya, penderita leukemia, thalassemia, dan jantung bawaan. Juga, anak yang
mendapat terapi obat golongan kortikosteroid dan penderita kanker. Anak-anak
yang berisiko tinggi ini, jika sampai terkena influenza, daya tahan tubuh
mereka akan sangat menurun sehingga penyakit utamanya bertambah parah. Karena
itulah, anak-anak ini perlu mendapatkan vaksinasi influenza.
Usia & Jumlah Pemberian:
Dapat diberikan sejak usia 6 bulan yang
kemudian diulang setiap tahun, lantaran vaksinnya hanya efektif selama 1 tahun.
Efek Samping:
Muncul demam ringan antara 6-24 jam setelah
suntikan. Atau, muncul reaksi lokal seperti kemerahan di lokasi bekas suntikan.
Namun tidak usah khawatir karena reaksi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Tanda Keberhasilan:
Sulit dilihat karena tidak kasat mata.
Tingkat Kekebalan:
Sebagaimana imunisasi lainnya, tingkat
proteksi tak sampai 100%. Terlebih pada penyakit influenza, ada kemungkinan
virus yang beredar di masyarakat sudah mengalami mutasi (perubahan sifat), atau
jenis virus yang sedang menginfeksi anak tak dapat dicegah oleh vaksin
influenza yang diberikan.
5. Imunisasi Tifoid
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa
diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi).
Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit tifus, yaitu infeksi akut
yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di sanitasi yang
buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang tidak higienis. Dia
masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.
Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah
suhu tubuh yang berangsur-angsur meningkat setiap hari, bisa sampai 400c.
Basanya di pagi hari demam akan menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam.
Gejala lainnya adalah mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing,
dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif (tak
banyak gerak).
Pada tingkat ringan atau disebut paratifus
(gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak harus banyak istirahat, banyak
minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum antibiotik yang diresepkan
dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit. Penyakit ini, baik
ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan.
Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat fatal.
Namun pencegahan tetaplah yang terbaik,
terlebih Indonesia merupakan negara endemik penyakit tifus.
Usia & Jumlah Pemberian:
Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada
anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun. Pengulangan ini perlu mengingat
serangan penyakit tifus bisa berulang, ditambah banyaknya lingkungan yang tidak
higienis dan kurang terjaminnya makanan yang dikonsumsi anak. Sementara
vaksin oral diberikan kepada anak umur 6 tahun atau lebih.
Efek Samping
Umumnya berupa bengkak, nyeri, ruam kulit,
dan kemerahan di tempat suntikan. Juga bisa muncul demam, nyeri kepala/pusing,
nyeri sendi, nyeri otot, nausea (mual), dan nyeri perut (jarang dijumpai). Efek
tersebut akan hilang dengan sendirinya.
6. Imunisasi Hepatitis A
Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat
mudah. Penderita akan mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk.
Bila virus ini menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian
dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan tertular. Namun, untuk
memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak, harus dilakukan tes darah.
Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan
rata-rata kurang lebih 28 hari. Setelah itu barulah muncul gejala seperti lesu,
lelah, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, rasa tak enak di bagian kanan atas
perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan batuk.
Biasanya berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai berwarna lebih gelap seperti
teh. Biasanya kuning ini menghilang dalam 2 minggu.
Tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A,
karena sesungguhnya penyakit ini dapat sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan
hanya untuk mengatasi gejala seperti demam dan mual. Selebihnya, anak harus banyak
istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi.
Meski tak separah hepatitis B, bukan berarti
kita boleh menganggap remeh hepatitis A. Pasalnya, penyakit yang kerap disebut
penyakit kuning ini, bisa menjadi berat bila terjadi komplikasi. Jadi,
pencegahan tetap diperlukan, yakni dengan pemberian imunisasi hepatitis A.
Disamping, menjaga lingkungan agar selalu bersih dan sehat, termasuk kebersihan
makanan dan minuman.
Usia & Jumlah Pemberian:
Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun,
sebanyak 2 kali dengan interval pemberian 6-12 bulan.
Efek Samping:
Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun,
meski sangat jarang, dapat muncul rasa sakit pada bekas suntikan, gatal, dan
merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.
Tingkat Kekebalan:
Efektif mencekal hingga 90%.
7. Imunisasi Varisela
Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau
chicken pox, penyakit yang disebabkan virus varicella zooster. Termasuk
penyakit akut dan menular, yang ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi
air) pada kulit maupun selaput lendir. Penularannya sangat mudah karena
virusnya bisa menyebar lewat udara yang keluar saat penderita meludah, bersin,
atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan adalah kontak langsung
dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan cairan yang jernih.
Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak menular lagi.
Awalnya, anak mengalami demam sekitar 3-7
hari tapi tidak tinggi. Barulah kemudian muncul bintik-bintik. Meski dapat
sembuh sendiri, anak tetap perlu dibawa ke dokter. Selain untuk mencegah
bintik-bintik tidak meluas ke seluruh tubuh, juga agar tak terjadi komplikasi
yang bisa berakibat fatal. Sebaiknya penderita dipisahkan dari anggota keluarga
lainnya untuk mencegah penularan. Minta anak untuk tidak menggaruk agar tak
menimbulkan bekas luka. Atasi rasa gatalnya dengan bedak yang mengandung
kalamin. Tingkatkan daya tahan tubuhnya dengan asupan makanan bergizi.
Usia & Jumlah Pemberian:
Diberikan sebanyak 1 kali yakni pada usia
antara 10-12 tahun.
Efek Samping:
Efek Samping:
Umumnya tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1%
yang mengalami demam.
Tingkat Kekebalan:
Tingkat Kekebalan:
Efektivitasnya bisa mencapai 97%. Dari
penelitian terhadap 100 anak yang diimunisasi varisela, hanya 3 di antaranya
yang tetap terkena cacar air, itu pun tergolong ringan.
2.5. JADWAL PEMBERIAN
IMUNISASI
Keterangan
Jadwal Imunisasi Periode 2008
|
|
|
|
||||||||||||||||
Sumber :
Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia –
IDAI Edisi III |
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Vaksin adalah kuman hidup
yang dilemahkan / kuman mati / zat yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi terdiri dari imunisasi aktif alamiah dan buatan serta
imunisasi pasif alamiah dan buatan. Imunisasi yang diwajibkan pemerintah ada 5
yaitu polio untuk mencegah Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak untuk mencegah Campak
(measles), DPT untuk mencegah Difteri
(indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari), Tetanus, BCG untuk
mencegah Tuberculosis (TBC), dan HB untuk mencegah Hepatitis B. Serta imunisasi
yang dianjurkan : HIB, PCV, MMR, Influenza, Hepatitis A, tifoid, dan Varisella.
B.
Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca sebagai
bahan referensi untuk mempelajari imunisasi. Kami yakin dalam penyusunan
makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari
itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta
kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan
bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena
kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.
0 komentar:
Posting Komentar