TUGAS DOKUMENTASI
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS
PADA NY. “A” P2A0H2
6 JAM POSTPARTUM
DI RB SEKAR ASIH
OLEH:
NAMA : MUTIA SAMIRA
PUTRI
NIM : 114110408
TINGKAT : II A
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PRODI DIII KEBIDANAN PADANG
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dewasa ini angka kematian maternal dan
neonatal di Indonesia masih tinggi yaitu AKI 334/100.000 kelahiran hidup dan
angka kematian bayi 21, 8/1000 kelahiran hidup (dikutip dari sambutan menkes
yang tercantum dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002).
Salah satu sasaran yang ditetapkan
untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka
kematian maternal menjadi 150/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
neonatal menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Selain itu intervensi dalam safe
motherhood melakukan pendekatan dengan menganggap semua kehamilan beresiko dan
setiap ibu hamil agar mempunyai akses pertolongan persalinan dan masa nifas yang aman.
Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung mulai dari 6 jam postpartum, 6
hari dan 6 minggu atau berlangsung selama 6 minggu atau 2 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Selama masa nifas berlangsung ibu
akan mengalami banyak perubahan yaitu perubahan uterus, perubahan sistem
pencernaan, sistem perkemihan, sistem endokrin, dan perubahan tanda-tanda vital
ibu (Sulistyawati, 2010).
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa hampir 50% kematian ibu
disebabkan karena komplikasi pada masa nifas. Di Amerika angka kematian ibu
yang disebabkan pada masa 6 jam postpartum mengalami peningkatan yaitu 10%
menjadi 13%. Di Indonesia angka kematian maternal pada tahun 2010 yaitu 220 per 100.000 kelahiran hidup, dimana 46%
kematian maternal disebabkan oleh komplikasi yang sering terjadi pada masa
nifas. Data menurut Dinas Kesehatan Sumatera Utara melalui pemantauan di
beberapa rumah sakit baik negeri maupun swasta melaporkan bahwa komplikasi yang
terjadi pada masa nifas mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
(Yusril, 2009).
Asuhan masa nifas sangat diperlukan
karena merupakan masa kritis bagi ibu ataupun bayi. Diperkirakan 60% kematian
terjadi pada ibu akibat kehamilan setelah persalinan dan 50% kemetian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi setelah
persalinan dapat mencegah kematian dan dapat mengembalikan kesehatan reproduksi
ibu secara cepat.
1.2 Tujuan
Tujuan umum :
Tujuan Menambah pengetahuan dan wawasan bagi
penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas serta manajemen asuhan
kebidanan pada ibu nifas dan mendokumentasikannya dengan pencatatan SOAP.
Tujuan Khusus :
1. Dapat melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data
dan observasi pada ibu nifas
2. Dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensial.
3. Dapat membuat perencanaan asuhan yang menyeluruh
untuk ibu nifas
4. Dapat melakukan pelaksanaan asuhan yang efisien
dan aman.
5. Dapat mengevaluasi keefektifan asuhan yang telah
diberikan.
1.3 Batasan
Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis
membatasi dalam hal penerapan Manajemen Kebidanan pada Ny “A” multipara dengan
masa nifas tanggal 9 Desember 2007 di RB SEKAR ASIH
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Masa Nifas
2.1.1 Pengertian nifas
Pengertian
nifas menurut para ahli :
1. Nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti masa sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008:2)
2. Masa nifas (puerperium)
adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Sinopsis
Obstetri Jilid I, 115)
3. Masa nifas (puerperium)
dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu. Pada masa ini terjadi perubahan- perubahan fisiologis yaitu : Perubahan
fisik, involusi uterus dan
pengeluaran lochea, Lactasi/pengeluaran ASI, Perubahan
sistem tubuh lainnya, Perubahan psikis. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal : 122)
4.
Postpartum adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
5.
Postpartum dimulai setelah kelahiran plasentadan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira
6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
6.
Postpartum merupakan masa selama
persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali
ke keadaan tidak hamil yang
normal. (F.Garycunningham, Mac Donald, 1995:281).
7.
Postpartum adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12
minggu. (Ibrahim C, 1998).
8.
Periode Pasca
Partum adalah masa dari kelahiran
plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intra partum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil . segera setelah
plasenta lahir, ibu memasuki penyembuhan pasca
partum. Periode ini disebut juga puerperium dan wanita yang mengalaminya
disebut puerperal.
9.
Masa postpartum (nifas) adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya
alat-alat reproduksi & anggota tubuh lainnya yg berlangsung sampai sekitar
40 hari (KBBI, 1990).
2.1.2 Tujuan asuhan masa nifas
Tujuan
umum :
Membantu ibu dan pasangan selama
transisi awal mengasuh anak.
Tujuan
khusus:
Ø Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya.
Ø Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
Ø Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi
sehat.
Peran dan tanggung jawab bidan dalam
masa nifas:
v Melakukan evaluasi kontiniu dan penatalaksanaan
perawata kesejahteraan wanita.
v Memberi pemulihan dari ketidaknyamanan fisik.
v Memberi bantuan untuk menyusui.
v Memfasilitasi pelaksanaan peran sebagai orang tua.
v Melakukan pengkajian bayi selama kunjungan rumah.
v Memberi pedoman antisipasi dan instruksi.
v Melakukan penapisan kontiniu untuk komplikasi puerperium.
2.1.3 Tahapan Masa Nifas
masa
nifas dibagi dalam 3tahap :
1.
Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah besih dan boleh
bekeja setelah 40hari.
2.
Puerperium intermedial
Kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8minggu.
3.
Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
2.1.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Pada saat kehamilan, ibu telah
mengalami perubahan fisiologis di berbagai sistem organnya karena terbentuknya
janin yang berada dalam tubuh ibu, begitu juga dengan ibu yang telah melahirkan juga mengalami
perubahan sistem organ seperti:
a. Perubahan
Sistem Reproduksi
1. Uterus
Tinggi fundus uteri dan berat uterus
menurut masa involusi:
Involusi
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
Uri lahir
|
2jari bawah pusat
|
750 gram
|
1 minggu
|
Pertengahan pusat simphisis
|
500 gram
|
2 minggu
|
Tidak teraba di atas simphisis
|
350 gram
|
6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
8 minggu
|
Sebesar normal
|
30 gram
|
2. Bekas implantasi uri
Bekas implantasi plasenta mengecil
karena kontraksi dan menonjol ke kavum
uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,3 cm. Pada minggu
keenam menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3 Luka-luka pada jalan lahir bila
tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
4. Rasa sakit yang
disebut after pains (meriam dan
mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan.
5. Lochea
Proses keluarnya lochea terdiri dari 4
tahapan :
v Lochea
rubra / merah (Kruenta)
Muncul pada hari 1-4 postpartum.
Cairan yang segar keluar berwarna merah karena berisi darah sega, jaringan sisa
plasenta,dan dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut-rambut halus pada bayi)
dan mekonium.
v Lochea
sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah
kecoklatan dan berlendir, berlangsung dari hari ke 4-7 PP.
v Lochea
serosa
Berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke
7-14 PP.
v Lochea
alba/ putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir servix dan serabut jaringan yang mati. Bisa berlangsung
selama 2-6 minggu PP.
6. Serviks
Setelah
persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan
kecil.
7. Ligamen-ligamen
Ligamen,
fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami
konstipasi setalah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan,
alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan
makanan serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar menjadi normal,
dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan dan ambulasi
awal. Selain konstipasi ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari
sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan. Diperlukan waktu 3-4 hari
sebelum faal usus kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan
perubahan sistem pencernaan:
1. Nafsu makan
2. Motilitas
3. Pengosongan usus
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung,
biasanya ibu akan sulit untuk BAK dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab
keadaan ini adalah terdapat spasme spinkter dan edema leher kandung kemih
sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang
pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan
dalam 12-36jam postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut diuresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam 5 minggu.
d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal/Diastasis
Recti Abdominis
Otot-otot uterus
berkontraksi setelah persalinan. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara
anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen diafragma pelvis, serta fasia akan
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi otot dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi
karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada
6-8minggu setelah persalinan. Sistem pemulihan termasuk relaksasi dan hipermobilisasi,
Dinding abdomen lembek. Semua wanita postpartum mempunyai tingkat diastasis
recti yang berbeda.
e. Perubahan Sistem Endokrin
1. Hormon plasenta
Hormon
plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum.
2. Hormon pituitary
Prolaktin
darah akan meningkat cepat. Pada wanita yang tidak menyusui prolaktin menurun
dalam waktu 2 minggu.
3.
Hypotalamik
pituitary ovarium
Lamanya
seorang wanita mendapat haid juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali
menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan
progesteron.
4. Kadar estrogen
Setelah
persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktivitas
prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
f. Perubahan Tanda vital
- Suhu badan
Dalam
sehari (24jam) postpartum, suhu badan akan naik sedikit (37,50C – 380C)
sebagai akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan kehilangan cairan dan
kelelahan. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanaya
pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI.
Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium atau
mastitis.
2. Nadi
Denyut
nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80kali/menit. Denyut nadi setelah
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100
kali/menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan kemungkinan infeksi.
3. Tekanan darah
Tekanan
darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah,
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartum
dapat menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
4. Pernafasan
Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi
tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan.
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Perubahan
volume darah dalam 3-4minggu setelah persalinan, cardiac output terus menerus meningkat selama kala I dan II
persalinan , puncaknya pada puerperium.
Cardiac output tetap tinggi untuk
beberapa waktu sampai 48jam postpartum dan kembali pda keadaan sebelum hamil
dalam waktu 2-3minggu.
h. Perubahan Sistem Hematologi
Selama
minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta
faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama postpartum kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah akan mengental sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Jumlah Hb, hematokrit dan eritrosit sangat
bervariasi pada saat awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume
darah, plasenta, tingkat volume darah berubah-ubah. Selama kelahiran
terjadi kehilangan darah sekitar 200-500ml.
2.1.5 Psikologi Post Partum
Periode post partum menyebabkan stress emosional
terhadap ibu yang baru bersalin, bahkan bila terjadi perubahan fisik yang
hebat.
1.
Perkenalan, ikatan dan kasih
sayang dalam menjadi orangtua
Walaupun
sudah banyak riset dilakukan untuk membuka tabir proses orangtua bisa mengasihi
dan menerima orangtuanya, para ahli masih tidak mengetahui apa motivasi dan
komitmen orangtua dan anak-anaknya selama bertahun-tahun dalam saling mendukung
dan merawat satu dan yang lain. Proses ini disebut attachment (kasih sayang) atau bonding
(ikatan),istilah yang sering tertukar pemakaiannya walaupun sebenarnya
memiliki definisi yang berbeda. Bonding,
didefinisikan Brazelton (1978) sebagai suatu ketertarikan mutual pertama antara
individu, misalnya antara orang tua dan anak saat pertama kali bertemu.
Attachment terjadi pada periode kritis, pada kelahiran atau adopsi. Hal ini menjelaskan suatu perasaan
menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain.
Menurut
Stainton (1983), ikatan ialah pertukaran perasaan karna adanya ketertarikan,
respons, dan kepuasan dan intetensitasnya bisa berubah bila keadaan berubah
seiring dengan perjalanan waktu. Ikatan berkembang dan dipertahankan oleh
kedekatan dan interaksi.Seperti halnya setiap proses perkembangan ikatan
ditandai oleh adanya periode kemajuan dan regresi dan bisa juga terhenti
sementara atau permanent.
2.
Komunikasi orang tua
Ikatan
diperkuat dengan penggunaan respon sensual atau kemampuan oleh kedua
pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-anak.Komunikasi antara orang tua
anak terdiri dari:
a. Sentuhan
Sentuhan
atau indra peraba dipakai secara intensif oleh orang tua dan pengasuh lain
sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Begitu anak dekat dengan
ibunya, mereka memulai proses eksplorasi dengan ujung jarinya,salah satu
daerah tubuh yang paling sensitive. Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi
mereka dipunggung setelah menyusuinya. Bayi menepuk nepuk dada ibunya sewaktu
meyusui.Ibu dan ayah ingin menyentuh,mengangkat dan memeluk bayi mereka.
b. Kontak mata
Kesenangan
untuk melakukan kontak mata diperlakukan berulang-ulang. Beberapa ibu
berkata, begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya (Klaus,kennel,1982). Orang tua mengahbiskan waktu yang lama
untuk membuat bayinya membuka mata dan melihat mereka. ketika bayi baru lahir
mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan
mengguanakan lebih banyak waktu untuk saling memandang seringa kali dalam
posisi bertatapan.En face ialah suatu posisi dimana kedua wajah terpisah
kira-kira 20 cm pada bidang pandang yang sama.
c. Suara
Saling
mendengar dan berespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang
tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Saat suara yang membuat
mereka yakin bayinya dalam keadaan sehat terdengar, mereka mulai melakukan
tindakan utnuk menghibur.Sewaktu orang tua berbicara dengan suara bernada
tinggi, bayi menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
d. Aroma
Prilaku
lain yang terjadi antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/bau
masing-masing. Ibu berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir dan
mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Potter,Cernoch,Perry,1983).
Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibu nya(Stainton,1985).
e. Entertainment
Bayi
baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa (Condon,Sander,1974).
Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki,
seperti sedang berdangsa mengikuti nada suara orang tuannya.Hal in berarti bayi
telah mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan jauh sebelum ia mampu
berkomunikasi dengan kata-kata. Entariment terjadi saat anak mulai berbicara.
f. Bioritme
Anak
yang belum lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya, misalnya
pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang menangis, dapat ditenagkan dengan
dipeluk dalam posisi sedemikian sehingga ia dapat mendengar denyut jantung
ibunya atau mendengar sura denyut jantung yang direkam. Salah satu tugas bayi
ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini
dengan memberikan kasih sayang dengan konsisten dan dengan memanfaatkan waktu
saat bayi mengembangkan prolaku yang responsive.
3.
Penyesuaian maternal, paternal, saudara kandung serta kakek-nenek.
·
Penyesuaian Maternal
a. Fase
dependent
Selama
1 sampai 2 hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan ibu menonjol.
Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhanya dapat dipenuhi orang
lain. Ibu memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Rubbin (1961)
menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima,( Taking-in
phase) suatu waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase
dependen ialah suatu waktu yang penuh kegembiraan dan kebanyakan orang tua
sangat suka mengkomunikasikannya. Pemusatan analisis dan sikap yang menerima
pengalaman ini membnatu orang tua untuk berpindah kefase berikutnya. Beberapa
oaring tua dapat menganggap petugas atau ibu yang lain sebagai pendengarnya.
Kecemasakan dan keasikan terhadap peran barunya sering mempersempint lapang
persepsi ibu oleh karena itu informasi yang diberikan pada waktu ini mengkin
perlu diulang.
b. Fase
dependent mandiri
Dalam
fase ini secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan
penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu
secara mandiri. Ia berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan
belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi atau jika ia adalah seorang
ibu yang gesit, ia akan memiliki keinginan untuk merawat bayinya secara
langsung. Rubbin (1961) menjelaskan keadaan ini sebagai fase taking-hold yang
berlangsung kira-kira 10 hari. Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh
tuntutan bayi yang bayakn sehimngga dengan mudah timbul perasaan depresi.
Dikatakan pada masa puerprium ini kadar glukorkotikoid dalam sirkulasi dapat
menjadi rendah atau terjadi hipotiroid subklinis. Keadaan fisiologis ini dapt
menjelaskan depresi pasca partum ringan( Baby
blues ).
c. Fase
interdependent
Pada
fase ini perilaku interdependent muncul ibu dan keluarganya maju sebagai suatu
system dengan para anggota saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan,
walaupun sudah berubah dengan adanya seorang anak, kembali menunjukkan
karakteristik awal. Fase interdependent ( letting
go ) merupakan fase yang penuh stress bagi orang tuanya. Kesenangean dan
kebutuhan sering terbagi dalam amsa ini. Pria danm wanita harus menyelesaikan
efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah dan
membina karier. Suatu upaya khusus harus dilakuakn untuk memperkuat hubungan
orang dewasa dengan orang dewasa sebagai dasar kesatuan keluarga.
·
Penyesuaian Paternal
Para
ahli melukiskan bebagai karakteristik engrossment.beberapa
respon sensual, seperti sentuhan dan kontak mata. Keinginan ayah untuk menemukan
hal-hal yang unik maupun yang sama derngan dirinya merupakan karakteristik lain
yang berkaitan dengan kebutuhan ayah untuk merasakan bahwa bayi ini adalah
miliknya. Respon yang jelas ialah adanya daya tarik yang kuat dari bayi yang
baru lahir.Menurut Henderson dan bruse (1991) tentang pengalaman para ayah baru
selama tiga minggu pertama kehidupan bayi menyatakan bahwa para ayah baru
menjalani tiga tahapa proses yaitu Tahap pertama meliputi pengalaman
prakonsepsi yakni akan seperti apa rasanya ketika membawa
pulang bayi kerumah . Tahap kedua meliputi Realitas yang tidak
menyenangkan menjadi ayah baru .Beberapa ayah mulai menyadari bahwa
harapan mereka sebelumnya tidak didasarkan pada kenyataan. Perasaan sedih dan
ragu sering sekali menyertai realitas. Tahap ketiga meliputi keputusan yang
dilakukan dengan sadar unutk mengontrol dan menjadi lebih aktif terlibat
didalam kehidupan bayi mereka.
·
Penyesuaian saudara
kandung
Memperkenalkan
bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa menjadi persoalan
bagi orang tua.Orang tua perlu membagi perhatian mereka dengan adil. Anak yang
lebih tua harus menyusun posisi baru didalam hirarki keluarga. Anak yang lebih
tua harus tetap berada dalam posisi sebagai pemimpin. Anak berikutnya dalam
urutan tanggal lahir harus berada pada posisi yang lebih superior dari adiknya
yang baru. Kelakuan mundur keusia yang jauh lebih muda bisa terlihat pada
beberapa anak. Mereka bisa kembali ngompol, merengek-rengek dan tidak mau
makan sendiri, reaksi kecemburuan dapat muncul ketika suaka cita akan kehadiran
bayi dirumah mulai pudar.Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap bayi
baru lahir membutuhkan waktu.Anak harus diperbolehkan berinteraksi atas
kemauannya sendiri dan jangan dipaksa.
·
Penyesuaian kakek dan
nenek
Jumlah
keterlibatan kakak dan nenek dalam merawat bayi baru lahir tergantung pada
banyak factor misalnya keinginan kakek-nenek untuk terlibat, kedekatan hubungan
kakek-dan nenek dan peran kakek dan nenek dalam konteks budaya dan etnik yang bersangkutan
(grosso,dkk:1981). Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam praktik
perawatan bayi (rubin,1975). Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan dan
sebagai individu pendukung. Sering kali nenek dan kakek mengatakan bahwa cucu
membantu mereka mengatasi rasa sepi dan kebosanan. Dukungan kakek dan nenek
dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis
perkembangan seperti seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru .Kakek dan
nenek ini dapat membantu anak-anak mereka mempelajari keterampilan menjadi
orangtua dan mempertahankan tradisi budaya.
4.
Faktor
yang mempengaruhi respon orang tua
a. Usia
Masalah
dan kekhawatiran ibu yang terkait dengan kelompok ibu yang berusia 35
tahun semakin banyak muncul pada decade terakhir kali dimana pada usia
ini para ibu sudah mengalami keletihan dan lelah merawat bayi . dalam hal
ini para ibu sangat membutuhkan kegiatan yang dapat membnatu ibu untuk
memperoleh kembali kekuatan tonus dan tonus otot (seperti latihan senam
prenatal dan pascapartum)
b. Jaringan social
Primipara
dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda.Multipara lebih realistis
terhadap terhapat keterbatasan fisik dan mudah beradaptasi terhadap
peran dan interaksi sosialnya. Sedangkan primipara membutuhkan dukungan dan
tindak lanjut yang mencakup rujukan kebadan bantuan dalam masyarakat.
Jaringan social meningkatkan potensi pertumbuhan anak dan mencegah
kekeliruan dalam memperlakukan anak.
c. Budaya
Kepercayaan
dan praktek budaya menjadi determinan penting dalam prilaku orang tua. Kedua
hal tersebut mempengaruhi interaksi orang tua dengan bayi , demikian juga
dengan orang tua atau keluarga yang mengasuh bayi karna setiap orang memiliki
kepercayaan terhadap budaya berbeda beda.
d. Kondisi social ekonomi
Kondisi
social ekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapatkan bantuan. Keluarga
yang mampu membayar pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini
pengeluaran tambahan dengan hadirnya bayi baru ini mungkin hamper tidak
merasakan beban keuangan tetapi dilain pihak keluarga yang menemukan kalahiran
seorang bayi suatu beban financial dapat mengalami peningkatan stress dan stess
ini bisa mengganggu interaksi orang tua terhapat bayinya
e. Aspirasi personal
Bagi
beberapa wanita, menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi dan kemajuan
berkariernya kekecewaan yang timbul akibat tidak mencapai kenaikan jabatan,kalo
masalah ini tidak diselesaikan hal tersebut akan berdampak pada
cara mereka merawat dan mengasuh bayi dan bahkan mereka bisa
menelantarkan bayinya
2.1.6 Perawatan Masa Nifas
1. Mobilisasi
Karena lelah
sehabis bersalin, ibu harus beristirahat,tidur, telentang selama 8 jam pasca
persalinan, kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis atau tromboemboli.
Ambulasi
dini adalah kebijaksanaan untuk sedini mungkin membimbing pasien keluar dari
tempat tidurnya dan membimbingnya untuk
berjalan. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia,
jantung, paru-paru, demam dan keadaan lainnya yang membutuhkan istirahat. Ibu
postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam
postpartum. Adapun keuntungan dari ambulasi dini antara lain :
a. Penderita
merasa lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal
usus dan kandung kemih menjadi lebih baik
c. Memungkinkan
bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara perawatan bayi
2. Nutrisi
Pada masa nifas
masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius karena dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu
ibu. Mengkonsumsi tambahan kalori sebanyak 500 kkal/hari, Diet makanan harus
bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan makanan yang mengandung
protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Ibu menyusui dianjurkan
makan-makanan yang mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat dalam
ikan kakap, tongkol dan lemora. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan
dikeluarkan melalui ASI. Kalsium terdapat pada susu, keju, teri dan
kacang-kacangan. Zat besi banyak terdapat pada makanan laut, pil zat besi
setidaknya diminum selama 40hari PP. Vitamin C banyak terdapat pda buah-buahan
sperti jeruk, mangga, apel, tomat. Vitamin B1 dan B2 terdapat pada padi,
kacang-kacangan, hati, telur, ikan. Ada beberapa sayuran yang menurut
pengalaman masyarakat dapat memperbanyak ASI misalnya sayur daun turi (daun
katuk) dan kacang-kacangan Minum kapsul vitamin A (200000 unit) agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayi malalui ASI saja.
Selain nutrisi,
yang tidak kalah penting untuk ibu menyusui adalah cairan (minum). Kebutuhan
minimal 3liter sehari, dengan asumsi 1 liter setiap 8jam dalam beberapa kali
minum terutama setelah menyusui bayinya.
3.
Miksi
Hendaknya BAK
dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita mengalami sulit BAK karena
spingter urethra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
spingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih
yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. Semakin lama untuk tertahan dalam
kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan misalnya
infeksi
4. Defekasi
BAB harus dilakukan
3-4hari pasca partum. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi berak
keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Bila masih belum
bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan
payudara
Kedua payudara
harus sudah dirawat sejak kehamilan, areola mammae dan puting susu dicuci
teratur dengan sabun dan diberi minyak/kream agar tetap lemas dengan melakukan
masase secara menyeluruh. Setelah areola mammae dan puting dibersihkan, barulah
bayi disusui.
6. Kebersihan diri
Beberapa langkah
penting dalam perawatan kebersihan diri ibu postpartum antara lain:
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah
infeksi dan alergi kulit pada bayi.
b. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
c. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh
atau minimal 2 kali sehari.
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali
membersihkan daerah kemaluan
e. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk
menyentuh daerah luka.
7. Istirahat
Ibu
postpartum membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali
fisiknya, kurang istirahat pada ibu postpartum akan mengakibatkan beberapa
kerugian, misalnya :
a.
Mengurangi
ASI yang diproduksi
b.
Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c.
Menyebabkan
depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
8. Seksual
Secara
fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa ada rasa nyeri.
Banyak budaya dan agama melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai waktu
tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
9. Latihan/senam nifas
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot
perut dan panggul kembali normal, ibu akan lebih kuat dan hal ini menyebabkan
otot perutnya menjadi kuat.
- Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu seperti :
·
Dengan tidur terlentang dimana lengan disamping,
menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke
dada tahan 1-2 hitungan rileks dan ulangi 10 kali.
·
Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan senam
kegel.
·
Berdiri
dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan panggul ditahan
sampai 5 hitungan dikendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali mulai dengan
mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan, setiap minggu naikkan jumlah
latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 20 kali.
10. Laktasi
Laktasi harus
dilakukan minimal 1x2-3 jam (10-12 kali sehari). Atau dilakukan secara ON
Demand yaitu sesuai dengan permintaan dan kebutuhan bayi. Jika bayi tertidur
pada jadwal pemberian ASI, maka bayi harus dibangunkan.
11. Nasehat untuk ibu post partum
§ Bayi segera disusui.
§ Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya
melakukan KB.
§ Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi.
§ Pemberian Asi yang sesering mungkin.
Tanda bayi
memperoleh ASI yang cukup:
-
Bayi kencing
setidaknya 6x/hari warna jernih sampai kuningmuda.
-
Bayi BAB 1-3x/hari
warna kekuningan dan bebiji.
-
Bayi
setidaknya menyusu 10-12x/hari.
-
Payudara ibu
terasa lembut dan kosong setiap selesai menyusui.
-
Ibu dapat
merasakan geli karena aliran ASI setiap kali mulai menyusui.
-
Bayi
bertambah berat badannya.
-
2.1.7. Tanda Bahaya Masa Nifas
a.
Perdarahan
vagina yang luar biasa dan tiba- tiba bertambah banayak (lebih dari haid sampai
2 kali ganti pembalut dalam waktu ½ jam).
b.
Pengeluaran
pervaginam yang berbau busuk
c.
Rasa sakit
dibagian bawah abdomen dan punggung
d.
Rasa sakit
kepala yang terus menerus atau malah penglihatan dan nyeri ulu hati.
e.
Pembengkakan
di muka dan ekstremitas
f.
Demam, rasa
sakit waktu buang air kecil
g.
Payudara yang
berubah menjadi merah, panas dan nyeri
h.
Kehilangan
nafsu makan yang lama
i.
Merasa sangat
sedih dan tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri
j.
Merasa sangat
letih atau nafas terengah-engah.
Masalah –
Masalah Yang Terjadi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
1.
Nyeri pada
luka perineum
Ciri-ciri
:
Perineum akan
terasa nyeri pada hari ke-6 ketika pasokan darah kearah tersebut pulih kembali
kalau perineum membengkak maka jahitan akan terasa nyeri.
Penanganan :
- anjurkan ibu
berbaring pada posisi miring
- teknik relaksasi
- lakukan kompresi
air dingin
2.
Demam pasca
persalinan
Yaitu
infeksi pada ibu nifas pasca melahirkan karena infeksi traktus genitalis, demam
dengan suhu tubuh ≥ 380C yang terjadi antara hari ke- 2-10
postpartum.
Penanganan :
-
Istirahat baring
-
Rehidrasi peroral/ infus
-
Kompres untuk menurunkan suhu
3.
Nyeri setelah
melahirkan (after paints)
Nyeri mencengkram dibagian bawah perut oleh karena kontraksi dan relaksasi
terus menerus
Nyeri terjadi pada hari ke- 3-4 dan biasanya berkurang intensitasnya pada
hari ke-8 persalinan.
Penanganan:
-
Berikan dorongan untuk melakukan teknik relaksasi dini
-
Berikan kompres dingin pada perineum
4.
Puting susu
lecet
Pada keadaan ini
sering kali seorang ibu menghentikan menyusui karena puting.
Penanganan:
-
Tetap memeberikan ASI pada luka yang tidak sakit
-
Olesi puting dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui
-
Cuci payudara sekali saja dalam sehari dan tidak
dibenarkan menggunakan sabun
5.
Payudara
bengkak
Ciri-ciri :
Edema
pada payudara, pasien merasakan sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat
walau tidak merah, ASI tidak akan keluar bila diperiksa / dihisap dan badan
demam setelah 24jam.
Penanganan :
§
Kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit
§
Pijat leher dan punggung belakang (sejajar
daerah payudara ) menggunakan ibu jari dengan teknik gerakan memutar searah
jarum jam kurang lebih 3 menit.
§
Belai dengan lembut kedua payudara menggunakan
minyak kelapa
§
Kompres dingin dan hangat untuk mengurangi edema
§
Pakai BH yang menyangga payudara dengan baik
2.1.8. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan
selama masa nifas dilakukan sebanyak 4x yaitu:
NO
|
Jadwal
Kunjungan
|
Tujuan
|
1
|
6-8 jam post partum
|
§ Mencegah pendarahan karena pendarahan atonia
uteri.
§ Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan,rujuk bila perlu.
§ Memberi konseling kepada ibu bagaimana mencegah
perdarahan.
§ Pemberian ASI awal.
§ Melakukan hubungan antara ibu dan BBL.
§ Manjaga bayi tetap sehat dan mencegah hipotermi.
|
2
|
6 hari post partum
|
§ Memastikan involusi uteri normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
berbau.
§ Menilai adanya adanya tanda-tanda demam, infeksi,
atau perdarahan abnormal.
§ Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan
dan istirahat.
§ Memastikan ibu menyusui dengan baik.
§ Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat dan menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
|
3
|
2 minggu post partum
|
Sama dengan 6 hari post partum.
|
4
|
6 minggu post partum
|
§ Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
yang ia ketahui atau yang dialami bayinya.
§ Pastikan ibu menyusui dengan baik
§ Memberikan konseling untuk KB secara dini.
|
ASUHAN
PADA IBU 6 JAM POST PARTUM
Kunjungan pertama dilakukan setelah
6-8 jam Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan
ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari
bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada
saat 24 jam pasca salin.
Pada masa 6 jam postpartum ibu sudah mulai dianjurkan
untuk melakukan hal meliputi ambulasi berupa miring ke kiri dan ke kanan,
eliminasi yaitu miksi dan buang air besar, melakukan kebersihan diri seperti
menjaga kebersihan daerah organ vital, pakaian, rambut serta melakukan istirahat
secukupnya. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari kebutuhan dasar ibu pada
masa postpartum yang sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
gangguan atau komplikasi pada masa nifas (Saleha, 2010).
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
3. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk
memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting
dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
4. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
5. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk jika perdarahan berlanjut.
6. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
7. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/
jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu
nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
8. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus
dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
9. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
10. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin
antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan
rangsangan.
11. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda
bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani,
2009: 54)
Manfaat penatalaksanaan 6 jam postpartum adalah mencegah terjadinya
perdarahan postpartum karena atonia uteri, retensio plasenta
dan robekan jalan lahir, memantau kontraksi uterus, mendeteksi tanda-tanda
bahaya pada masa nifas. Untuk itu, setiap ibu hamil harus mengetahui tentang
penatalaksanaan postpartum.
Dampak tidak dilakukan penatalaksanaan 6 jam postpartum adalah meningkatkan perdarahan yang terjadi setelah
masa persalinan sehingga meningkatkan angka kematian ibu (Diana, 2010).
Pada masa 6 jam postpartum merupakan
masa-masa yang sangat penting karena pada masa ini merupakan pemantauan
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas untuk mengantisipasi
komplikasi pada masa nifas. Komplikasi yang sering terjadi pada masa nifas 6
jam postpartum meliputi perdarahan postpartum meliputi atonia uteri,
robekan jalan lahir, retensio plasenta. Selain itu, komplikasi pada masa nifas
antara lain infeksi nifas, trombosis, tromboembolisme, sepsis
puerperalis, vulvitis, vaginitis, servisitis, dan endometritis,
sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur, demam dan rasa sakit waktu
berkemih (Sulistyawati, 2011).
2.2
Dokumentasi pada Ibu nifas
Pendokumentasian pada ibu nifas merupakan suatu dokumen yang legal, dari status
sehat sakit pasien pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan,
yang menggambarkan asuhan kebidanan
yang diberikan pada ibu nifas. Umumnya catatan pasien berisi informasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa
kebidanan dan medik, respons pasien terhadap asuhan kebidanan yang diberikan
dan respons terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk intervensi
lebih lanjutan. Keberadaan dokumentasi baik
berbentuk catatan maupun laporan akan sangat membantu
komunikasi antara sesama bidan maupun
disiplin ilmu lain dalam rencana asuhan pada ibu nifas.
2.2.1 Model Dokumentasi SOAP
SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assesment
P : Plan
a. Subjektif (S)
Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan
data klien melalui anamnesa
Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil
bertanya kepada pasien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat
menarche, riwayat perkawinan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial dan pola
hidup).
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut
pandang klien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
b. Objektif (O)
Menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan pemeriksaan fisik klien, hasil lab dan test
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung assesment.
Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan (tanda KU, Vital sign, pemeriksaaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan, pemeriksaan dalam, pemeriksaan labor dan pemeriksaan penunjang).
Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang
jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG,
dll) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkkan dalam
kategori ini. Apa yang diagnosa bidan menjadi komponen penting dari diagnosa
yang akan ditegakkan.
c. Assesment (A)
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan
data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru
baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah,
maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa
adalah suatu proses yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan
menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
Ø Diagnosa/masalah
Diagnosa adalah rumusan hasil
pengkajian mengenai kondisi klien : hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir., berdasarkan hasil analisa yang didapat.
Masalah adalah segala sesuatu yang
menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu
kehamilan/kesehatan, tetapi tidak masuk dalam diagnosa.
Ø Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial
d. Planing (P)
Untuk
Planing dalam SOAP terdiri atas tiga komponen yaitu :
Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau
yang akan datan. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik
mungkin atau menjaga dan mempertahankan
kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan
pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang diambil
harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan
instruksi dokter.
Catatan pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan untuk
menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh
klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahyakan keselamatan klien. Oleh
karena itu, klien harus sebanyak mungkin terlibat dalam proses ini. Bila
kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah dan disesuaikan.
Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil
merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis
dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika
kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Contoh Kasus
Ny A berusia
23 tahun telah melahirkan seorang bayi laki-laki aterm, anak kedua dengan berat
badan 3200 gram, panjang badan 50 cm atau secara keseluruhan dalam keadaan
normal 6 jam yang lalu di RB Sekar Asih pada pukul 09.10 wib tanggal 9 Desember 2007. Tekanan darah Ibu 120/80 mmHg, Nadi 84x/i,
Pernafasan 20x/i, Suhu 370 C. Pengeluaran lochea warna merah tua.
Inspeksi dalam batas normal. Ibu merasa
senang atas kelahiran bayinya, dan merasa nyeri pada perut
3.2 Format Pengkajian Data Ibu Nifas
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “A” P2A0H2
6
JAM
POSTPARTUM NORMAL DI RB SEKAR ASIH
I.
PENGUMPULAN
DATA
A. Identitas
/ Biodata
Nama ibu : Ny. “A”
Umur :
23 tahun
Suku / bangsa : Minang/Indonesia
Agama :
Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat rumah : Tampat Durian RT II RW III
Padang
Nama Suami : Tn “M”
Umur :
31 Tahun
Suku / bangsa : Minang/Indonesia
Agama :
Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :Buruh
Bangunan
Alamat rumah :
Tampat Durian RT II RW III Padang
Nama keluarga yang bisa dihubungi : Ny. “L”
Hubungan : Kakak
Alamat : Tampat Durian RT II
RW III Padang
No. Telp : 081266742621
B.
ANAMNESA
(DATA SUBJEKTIF)
Tanggal : 9
Desember 2007
Pukul :
15.10
Alasan masuk : ibu 6 jam postpartum
1.
Riwayat persalinan
a. Tempat
melahirkan : RB SEKAR ASIH
b. Ditolong
oleh : bidan
c. Ibu
·
Jenis persalinan :
Spontan
·
Komplikasi :
tidak ada
·
Plasenta :
-
Ukuran : 17x16x2,5
cm
-
Berat :
500 gr
-
Kelainan : tidak
ada
·
Panjang tali pusat :
50 cm
·
Perineum :
utuh tidak ada robekan
·
Perdarahan
-
Kala I :
tidak ada
-
Kala II :
tidak ada
-
Kala III :
±50 cc
-
Kala IV : ±
30 cc
·
Tindakan lain :
tidak ada
·
Catatan waktu
-
Kala I :
8 jam
-
Kala II :
1 jam 5 menit
-
Kala III :
20 menit
d. Bayi
·
Lahir :
spontan, pukul 09.10
·
Jenis kelamin :
laki-laki
·
BB/PB :
3200 gram/50 cm
·
Anus :
ada
·
Cacat bawaan :
tidak ada
·
Masa gestasi :
37 minggu
·
A/S :
8/9
·
Air ketuban
-
Banyak :±400
cc
-
Keadaan : pecah
spontan, jernih
C.
DATA
OBJEKTIF
1.
Keadaan umum :
baik
2.
Keadaan emosional :
stabil
3. Tanda
vital
·
Tekanan darah :
120/80 mmHg
·
Nadi :
84x/i
·
Nafas :
20x/i
·
Suhu :
37˚C
4. Payudara
·
Pengeluaran :
colostrum (+)
·
Bentuk :
simetris
·
Putting susu :
menonjol
5. Uterus
·
Tinggi fundus uteri :
2 jari bawah pusat
·
Konsistensi :
keras
·
Kontraksi :
baik
6. Perdarahan
·
Warna :
merah tua
·
Jumlah :
±50 cc
·
Bau :
amis
7. Perineum : utuh
8. Kandung
kemih :
Tidak teraba
9. Ekstremitas
atas dan bawah
·
Oedema :
tidak ada
·
Sianosis pada ujung jari :
tidak ada
·
Kemerahan :
tidak ada
·
Pergerakkan : baik
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. “A” P2A0H2
6 JAM POSTPARTUM NORMAL DI RB SEKAR ASIH
9 DESEMBER 2007
S
|
O
|
A
|
P
|
Tanggal : 9 Desember 2007
Pukul
: 16.10
1. ibu mengatakan
melahirkan bayi pada tanggal 9 Desember 2007, pukul 09.10 WIB dengan BB 3200
gram, PB 50 cm, JK laki-laki
2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa nyeri
3. Ibu mengatakan kolostrumn atau ASInya sudah keluar
|
Ibu partus tanggal 9 Desember 2007 pukul 09.10
Keadaan Emosional : Stabil
Tanda Vital :
TD :120/80mmHg
N : 84x/I
P : 20x/I
S : 36,5 ˚C
Kolostrum : ada
TFU 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus baik
Konsistensi uterus keras
Perdarahan : merah tua ± 50 cc bau amis
|
Ibu post partum 6 jam yang lalu normal dengan KU ibu baik
|
1 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
2 Jelaskan tentang nyeri yang dialami ibu
3 Jelaskan kepada ibu untuk pemenuhan nutrisi
4 Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
5 Jelaskan
mengenai ASI
6 Anjurkan ibu menjaga kehangatan bayinya
7 Jelaskan tanda-tanda bahaya masa nifas
|
Catatan pelaksanaan
Hari / Tanggal
|
Pelaksanaan
|
Paraf
|
Minggu/ 9 Desember 2007
pukul : 16.10
|
1
Menjelaskan
pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik dengan
Tanda Vital :TD :120/80 mmHg N : 84x/I P : 20x/I S : 36,5 ˚C, kontraksi uterus baik,
konsistensi uterus keras, TFU 2 jari dibawah pusat. Kolostrum ada
Evaluasi : ibu senang mendengar hasil pemeriksaan
2
Memberikan
penjelasan tentang nyeri perut yang dialami ibu adalah hal fisiologis karena
uterus berkontraksi yang menyebabkan terjepitnya pembuluh darah dan syaraf
yang ada di rahim ini bagus agar tidak
terjadi perdarahan
Untuk
mengurangi rasa nyeri lakukan teknik relaksasi :
-
Menarik
nafas panjang, lepaskan
perlahan-perlahan melalui mulut
-
Mengalihkan
perhatian dari rasa nyeri
Evaluasi : ibu mengerti mengenai rasa nyeri yang
dialaminya, dan melakukan teknik relaksasi
3
Menjelaskan
kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan 1 porsi makan
seperti 1 piring nasi + 1 potong sedang ikan+ 1 potong tempe+ 1 mangkuk sayur
dan minum 2 gelas untuk memulihkan
kondisi ibu yang lelah setelah persalinan
Evaluasi
: ibu makan 1 porsi makanan dan 2 gelas air putih
4
Menganjurkan
ibu untuk mobilisasi dini, menganjurkan ibu untuk miring ke kiri dan ke
kanan, duduk, berdiri, berjalan di sekitar tempat tidur karena hal ini akan
mempercepat proses involusi.
Evaluasi
:ibu miring dan berjalan
5
Menjelaskan
pada ibu agar ASI nya lancar, ibu harus sering menyusui bayinya sehingga ada
rangsangan untuk memproduksi ASI, selain itu pikiran ibu harus tenang,
istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui dan mengerti
penjelasan yang diberikan dan mau mengikuti saran bidan
5. Menganjurkan
ibu dan keluarga agar menjaga bayi dalam keadaan tetap hangat dengan mendekapkan
bayi pada ibu
Evaluasi : ibu berjanji akan menjaga bayinya
tetap hangat
6. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya masa
nifas seperti :
a. Perdarahan vagina yang luar biasa dan tiba- tiba
bertambah banyak (lebih dari haid sampai 2 kali ganti pembalut dalam waktu ½
jam).
b. Pengeluaran pervaginam yang berbau busuk
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen dan punggung
d. Rasa sakit kepala yang terus menerus atau malah
penglihatan dan nyeri ulu hati.
e. Pembengkakan di muka dan ekstremitas
f. Demam, rasa sakit waktu buang air kecil
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan
nyeri
h. Kehilangan nafsu makan yang lama
i.
Merasa
sangat sedih dan tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri
j.
Merasa
sangat letih atau nafas terengah-engah.
Evaluasi: Ibu bisa
menyebutkan 7 dari 10 tanda-tanda bahaya, dan berjanji akan ke petugas
kesehatan jika menemukan tanda-tanda bahaya.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan dan menerapkan
manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
data yang terkumpul maka dapat dirumuskan diagnosa dan masalah yang dirasakan oleh Ny A. Pada kasus ini tindakan segera tidak
terlalu dibutuhkan, karena kondisi Ny A baik-baik saja, hanya nyeri perut yang
dirasakan ibu adalah hal fisiologis yang terjadi akibat kontraksi rahim. Begitu
juga dengan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lainnya saat melakukan
asuhan belum diperlukan. Berdasarkan data, penulis dapat menyusun rencana asuhan
yang akan dilakukan pada Ny A sesuai dengan kemampuan penulis dengan bantuan
bidan. Asuhan kebidanan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan semampu
penulis pada Ny A. Pada pengevaluasian Ny A mengerti dengan asuhan yang penulis
buat dan berjanji akan melakukan saran yang diberikan.
4.2 Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini
berguna bagi pembaca dalam memberikan Asuhan kebidanan ibu nifas 6 jam
postpartum. Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan untk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun, agar pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.