CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

situs

Loading

Rabu, 13 November 2013

askeb v bidan komunitas peta desa



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan masing-masing wilayah terbentuk melalui proses sejarah panjang yang berbeda-beda. Demikian juga kebudayaan, merupakan produk dari proses sejarah yang panjang. Oleh karena itu, Sejarah Lokal merupakan yang kompleks yang memiliki banyak aspek dari keseluruhan pengalaman kolektif masa lalu meliputi aspek sosial-budaya, politik, agama, teknologi, ekonomi, dan sebagainya dalam suatu wilayah tertentu.
Sejarah lokal yang identik dengan cerita rakyat sampai sekarang masih berkembang terus dan penyebarannya secara turun menurun oleh masyarakat. Tetapi masih banyak cerita rakyat yang belum terdeteksi maupun terekam dalam bentuk tulisan maupun kajian. Cerita ini biasanya berupa cerita yang berbentuk kepahlawanan, legenda, keunikan, maupun yang lainnya. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di daerah biasanya dikenang dan diingat dalam bentuk nama. Nama tersebut biasanya diambil dari nama peristiwa, orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Menurut Suyono (1990: 123) keseluruhan nama itu selalu mengandung makna, meskipun dalam motif yang berbeda-beda, ada yang sebagai pengingat-pengingat suatu peristiwa, sesuatu harapan, atau hanya sebagai suatu tanda.
Berbicara masalah sejarah adalah sesuatu pemikiran yang mangacu pada masa lampau, oleh karenanya pemaparan dalam hal sejarah merupakan panyampaian peran tentang apa-apa yang pernah terjadi pada masa lampau. Kalau kita soroti dari segi tujuan dalam hal pemaparan sejarah adalah sebagai bandingan pada masa sekarang dan sebagai cerminan terhadap peristiwa masa akan datang. Dalam hal ini kita berbicara sejarah yang lebih khusus yaitu sejarah desa.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penelusuran sejarah desa?
2.      Apa yang dimaksud dengan peta desa?
3.      Bagaimana mengetahui rangking tingkat kekayaan dan kesejahteraan masyarakat?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui penelusuran sejarah desa
2.      Untuk mengetahui pengertian dan contoh dari peta desa
3.      Untuk mengetahui rangking tingkat kekayaan dan kesejahteraan masyarakat
BAB II
ISI
2.1  Penelusuran Sejarah Desa
Sejarah Desa dapat dikategorikan kedalam sejarah lokal, mengandung suatu pengertian, bahwa suatu peristiwa yang telah terjadi hanya meliputi suatu daerah dan tidak menyebar ke daerah lainnya. Sejarah lokal tentang suatu daerah memuat masalah awal suatu daerah tersebut seperti asal usul daerah bersangkutan sampai kepada perkembangan daerah itu pada masa berikutnya. Taufik Abdullah (1996) mendefinisikan sejarah lokal sebagai “sejarah dari suatu tempat”, suatu locality yang batasnya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.
Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakter tersendiri. Hal ini disebabkan masing-masing wilayah terbentuk melalui proses sejarah panjang yang berbeda-beda. Demikian juga kebudayaan, merupakan produk dari proses sejarah yang panjang. Oleh karena itu, Sejarah Lokal merupakan yang kompleks yang memiliki banyak aspek dari keseluruhan pengalaman kolektif masa lalu meliputi aspek sosial-budaya, politik, agama, teknologi, ekonomi, dan sebagainya dalam suatu wilayah tertentu.
Sejarah lokal yang identik dengan cerita rakyat sampai sekarang masih berkembang terus dan penyebarannya secara turun menurun oleh masyarakat. Tetapi masih banyak cerita rakyat yang belum terdeteksi maupun terekam dalam bentuk tulisan maupun kajian. Cerita ini biasanya berupa cerita yang berbentuk kepahlawanan, legenda, keunikan, maupun yang lainnya. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di daerah biasanya dikenang dan diingat dalam bentuk nama. Nama tersebut biasanya diambil dari nama peristiwa, orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Menurut Suyono (1990: 123) keseluruhan nama itu selalu mengandung makna, meskipun dalam motif yang berbeda-beda, ada yang sebagai pengingat-pengingat suatu peristiwa, sesuatu harapan, atau hanya sebagai suatu tanda.
Berbicara masalah sejarah adalah sesuatu pemikiran yang mangacu pada masa lampau, oleh karenanya pemaparan dalam hal sejarah merupakan panyampaian peran tentang apa-apa yang pernah terjadi pada masa lampau. Kalau kita soroti dari segi tujuan dalam hal pemaparan sejarah adalah sebagai bandingan pada masa sekarang dan sebagai cerminan terhadap peristiwa masa akan datang. Dalam hal ini kita berbicara sejarah yang lebih khusus yaitu sejarah desa.

2.1.1        Manfaat Penulisan Sejarah Desa
Merupakan langkah awal untuk terus menggali potensi sejarah dan budaya masyarakat. Sangat penting kita untuk menoleh ke belakang untuk mengetahui asal-usul diri kita, sehingga dapat dijadikan sebagai cermin bagi langkah di masa depan. Ini merupakan manfaat utama dari kita mempelajari sejarah.
Hal yang penting bagi generasi sekarang dan masa depan adalah mengambil yang baik dari masa lalu dan membuang yang buruk. Dengan harapan agar kita mendapatkan kuantitas dan kualitas yang lebih baik dibandingkan pada masa lalu.
Penulisan sejarah desa merupakan bagian yang memiliki makna yang strategis dari kajian sejarah lokal.Tujuan dari penulisan sejarah desa ini selain untuk mendokumentasikan beberapa peristiwa penting dalam suatu wilayah tertentu, juga merupaka langkah melakukan ‘demokratisasi sejarah’.
Maksud dari ‘demokratsasi sejarah’ adalah sudah saatnya masyarakat mampu memberi makna dari beragam peristiwa sejarah baik tingkat lokal sampai global.Inisiatif penulisan sejarah tersebut berasal dari dalam masyarakat lokal (history from below).Sejarah lokal, dalam hal ini sejarah desa, mempunyai manfaat yang banyak.Di antaranya sebagai sarana untuk mendokumentasikan dan beragam nilai-nilai lokal, tradisi, adat dan kebiasaan masyarakat lokal yang dapat membantu untuk mengenal dan memperkokoh identitas / jati diri sosial kulturalnya.
2.1.2        Kesulitan Penulisan Sejarah Desa
Menurut Guru Besar Ilmu Pendidikan Sejarah UPI, Prof Dr Dadang Supardan M.Pd pada pidato pengukuhan jabatan Guru Besar UPI di Gedung Balai Pertemuan UPI Jalan Setiabudhi, mengakui bahwa Indonesia kaya akan sejarah lokal. Namun penulisan sejarah lokal di Indonesia masih mengalami berbagai kesulitan padahal pelajaran sejarah sangat berkontribusi terhadap integrasi bangsa.
Penulisan Sejarah Desa Pamulihan pun mengalami hal sama dan memakan rentang waktu yang cukup panjang, berdasarkan informasi dari Bapak H. Achmad Lazuardi Noor beliau adalah salah satu nara sumber utama Penulisan Sejarah Desa Pamulihan, beliau memulai mengumpulkan bahan-bahan sudah dimulai sejak tahun 1958. Beliau melakukan wawancara dengan beberapa orang sesepuh desa, mengunjungi berbagai museum dan sebagainya. Dari hasil penulisannya dipaparkan kepada orang-orang Desa Pamulihan dari berbagai kalangan untuk dikoreksi atau dibantah jika terjadi ada kekeliruan atau ada sumber lain yang lebih valid dari tulisannya.
Pada bulan Agustus 2013, untuk sementara penulisan Sejarah Desa Pamulihan sudah dianggap rampung dengan mencoba mengundang berbagai perwakilan tokoh-tokoh Desa Pamulihan baik tinggal di perantaun ataupun yang tinggal di kampung termasuk perangkat desa, untuk melakuan Soft Launching Sejarah Desa Pamulihan, bertempat di Hotel Purnama Kuningan, Jawa Barat.
2.2  Peta Desa
2.2.1        Peta dan Batas Desa

·         Peta selalu dapat dikaitkan dengan berbagai kepentingan (I-Pol-Ek-Sos-Bud-Duk-Han-Kam), maka peta mendukungpembangunan dan ketertiban pelaksanaan/penyelenggaraanpemerintahan yang baik;
·         Batas wilayah adalah masalah spasial, dari perolehan data,pengolahan, s.d visualisasi, maka mutlak memerlukan peta;
·         Peran peta: visualisasi batas, media kesepakatandelimitasi/delineasi, dan media legalisasi;
·         Adanya ketentuan ketelitian yang baku;
·         Adanya keterbatasan skala;
·         Beragamnya bentuk dan luas/bentang wilayah;
·         Tidak selalu tersedia peta-peta dasar sebagaimana diharapkan;
Peta Batas Wilayah Desa (Peta BWD) adalah peta yangmenyajikan batas-batas administrasi desa yang telah ditetapkanatau disepakati oleh kedua desa yang berbatasan, atau telahditegaskan atau telah diverifikasi.



2.2.2        Jenis Peta Batas Wilayah:
a.       Peta Hasil Penetapan Batas,
adalah peta batas yang dibuat secara kartometrik dari peta dasar yang telah ada dengan tidak melakukan pengukuran di lapangan.

b.      Peta Hasil Penegasan Batas,
adalah peta batas yang dibuat dengan peta dasar yang ada ditambah dengan data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan.

c.       Peta Hasil Verifikasi,
adalah peta batas yang telah dibuat oleh daerah dan hasilnya dilakukan verifikasi oleh Tim PPBD Pusat sebelum ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri.
2.2.3        Karakteristik Peta BWD
·         Skala berkisar dari 1:1.000 s.d 1:10.000 (setidaknya untuk di P.Jawa);
·         Luas wilayah relatif kecil dalam hirarki administrasipemerintahan;
·         Seluruh wilayah desa tergambar pada satu lembar peta;
·         Unsur-unsur rupabumi (alam dan buatan) yang digambarkanumumnya tidak begitu banyak/kompleks;
·         Mempunyai daftar dan penggambaran kordinat titik-titikbatas dengan orientasi arah utara yang benar;
·         Menyajikan nama unsur-unsur geografi seperlunya.
2.2.4        Prosedur Penggambaran Batas Desa pada Peta

1.      Asumsi pertama adalah bahwa telah tersedia Peta DasarWilayah Desa;
2.      Jika Peta Dasar tersebut belum tersedia, maka perlu diadakanterlebih dulu dengan cara:
a.       Penggambaran ulang dari peta rupabumi wilayah desa,atau peta dasar lain yang ada; atau
b.      Pengukuran terestris wilayah desa; atau
3.      Penggambaran dengan media foto udara; atau
4.      Penggambaran dari interpretasi citra atau foto udara.

2.2.5        Menggambar Peta Desa
Gambar/Peta desa yaitu teknik/metode pembuatan sketsa desa secara kasar untuk menggambarkan masalah dan sumberdaya yang terdapat di desa, dan kemudian digunakan sebagai bahan diskusi masalah dan potensi sumber daya desa dengan cara :
a.       Masyarakat atau kelompok masyarakat (antara 10-15 orang) diminta membuat sketsa peta desa untuk menggambarkan sumber daya alam/lingkungan, sosial, permukiman, sumber daya ekonomi, sarana dan prasarana) dan lain-lain.


Contoh Gambar Peta Desa







b.      Gambar desa seperti diatas dapat digunakan untuk melakukan pemetaan kemiskinan dengan cara :
1)      Gambarkan lokasi permukiman secara lebih rinci, semua rumah tangga miskindigambarkan dengan simbol sederhana dan disepakati masyarakat
2)      Tandai juga jumlah laki-laki dan perempuan di dalamnya; misalnya 3L, 4P (3 laki-laki dan 4 perempuan). Bisa juga dirinci berapa     dewasa,anak-anak, danorang tua. Gunakan sketsa/gambar desa untuk mengajak masyarakat menyadari kondisi lingkungan, permasalahan-permasalahan dan potensi-potensi yang ada.
2.3  Rangking Peringkat Kekayaan dan Kesejahteraan
2.3.1        Tujuan
a.       Mengklasifikasi jumlah penduduk ke dalam kategori tingkatan tertentu (seperti kaya, miskin, menengah) menurut kriteria khusus setempat dan sesuai istilah di komunitas tersebut.
b.      Mengidentifikasi kriteria setempat mengenai kemiskinan dan memahami alasan-alasan dikemukakannya kriteria-kriteria tersebut.
c.       Menghitung tingkat kesejahteraan masing-masing rumah tangga dari tingkat kampung sampai desa.
d.      Hasil klasifikasi kesejahteraan digunakan untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok yang akan terlibat dalam diskusi kelompok terfokus (FGD), untuk pemetaan akses orang miskin terhadap sarana–sarana umum dan sumberdaya yang ada serta diskusi kajian mendalam selanjutnya.
e.       Mengetahui proporsi masing-masing tingkatan/kategori menurut masyarakat.
2.3.2        Langkah-langkah
1.      Menjelaskan tujuan, alur proses, waktu yang dibutuhkan dalam pengkajian
2.      Mengidentifikasi indikator /aspek yang berpengaruh terhadap Kesejahteraan.
Langkah awal pengkajian difokuskan pada, “Bagaimana masyarakat membedakan antara rumah tangga dalam komunitas desa mereka”. Para peserta diminta menyampaikan pendapatnya mengenai hal-hal apa saja yang membedakan tingkat kehidupan satu rumah tangga dengan rumah tangga lainnya di desa. Jawaban-jawaban peserta didiskusikan dan dibahas melalui pemetaan pemikiran yang menghasilkan kriteria tingkatan kesejahteraan berdasarkan indikator setempat.
3.      Menyusun pembobotan terhadap indikator/ aspek yang telah teridentifikasi.
4.      Menyusun kelompok ciri-ciri pembeda pada setiap indikator/aspek
Dari berbagai indikator yang telah disepakati, kelompok diskusi kemudian menyusun pembobotan berdasarkan pengaruh paling besar terhadap pandangan tingkat kesejahteraan penduduk sesuai kondisi lokal.Pengaruh yang paling besar diberi bobot tertinggi sedangkan indikator yang memiliki pengaruh paling kecil diberi bobot yang terendah.
5.      Menetapkan penilaian terhadap setiap kelompok ciri-ciri pembeda
Pada setiap indikator, kelompok diskusi kemudian menyusun ciri-ciri pembeda untuk penetapan strata setiap indikator yang dimunculkan.Hal ini dimaksudkan untuk memberi pertimbangan dalam pemberian nilai sesuai kondisi setiap rumah tangga.
6.      Menetapkan rentang nilai untuk rumah tangga sangat miskin, miskin, sedang dan kaya.
7.      Setelah semua indikator dan ciri-ciri pembeda setiap indikator dibobot, selanjutnya dilakukan penilaian untuk menetapkan rentang nilai bagi rumah tangga sangat miskin, miskin, sedang dan kaya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Ø  Menghitung skor tertinggi (jumlah keseluruhan skor tertinggi ciriciri pembeda dari setiap indikator) dan menghitung skor terendah (jumlah keseluruhan skor terendah ciri-ciri pembeda dari setiap indikator)
Ø  Hasil skor tertinggi dikurangi hasil skor terendah kemudian dibagi empat (4) (angka 4 diambil dari empat tingkatan peringkat kesejahteraan yaitu: Sangat Miskin, Miskin, Sedang dan Kaya). Dengan demikian didapatkanlah jumlah nilai standar yang digunakan dalam rangka menentukan rentang nilai antara rumah tangga sangat miskin, miskin, sedang dan kaya.
8.      Membuat kesepakatan untuk matrik peringkat kesejahteraan sebelum melakukan sensus pada setiap rumah tangga, maka pleno desa dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan atas Matrik Peringkat Kesejahteraan yang kemudian akan menjadi pedoman dalam melakukan penetapan kondisi tingkat kesejahteraan setiap rumah tangga
9.      Fasilitator menjelaskan bahwa peringkat kesejahteraan keluarga yang telah dihasilkan akan dipakai untuk melakukan sensus sosial keseluruh rumah tangga.Olehnya itu dibangunlah kesepakatan untuk menyepakati agenda untuk merumuskan format sensus bersama Pemerintah Desa.
10.  Sebelum mengakhiri sesi ini,dipersilahkan salah seorang peserta untuk memberikan apresiasi dan hikmah pembelajaran terkait dengan peringkat kesejahteraan yang telah dihasilkan.






BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari pembahasan makalah ini yaitu :
Ø  Sejarah Desa dapat dikategorikan kedalam sejarah lokal, mengandung suatu pengertian, bahwa suatu peristiwa yang telah terjadi hanya meliputi suatu daerah dan tidak menyebar ke daerah lainnya. Sejarah lokal tentang suatu daerah memuat masalah awal suatu daerah tersebut seperti asal usul daerah bersangkutan sampai kepadaperkembangan daerah itu pada masa berikutnya.
Ø  Gambar/Peta desa yaitu teknik/metode pembuatan sketsa desa secara kasar untuk menggambarkan masalah dan sumberdaya yang terdapat di desa, dan kemudian digunakan sebagai bahan diskusi masalah dan potensi sumberdaya desa
Ø  Tujuan dari rangking peringkat kekayaan dan kesejahteraan, diantaranya:
o   Mengklasifikasi jumlah penduduk kedalam kategori tingkatantertentu (seperti kaya, miskin, menengah) menurut kriteriakhusus setempat dan sesuai istilah di komunitas tersebut.
o   Mengidentifikasi kriteria setempat mengenai kemiskinan danmemahami alasan-alasan dikemukakannya kriteria-kriteriatersebut.
o   Menghitung tingkat kesejahteraan masing-masing rumahtangga dari tingkat kampung sampai desa.
o   Hasil klasifikasi kesejahteraan digunakan untuk mengidentifikasikelompok-kelompok yang akan terlibat dalam diskusi kelompokterfokus (FGD), untuk pemetaan akses orang miskin terhadapsarana–sarana umum dan sumberdaya yang ada serta diskusikajian mendalam selanjutnya.
o   Mengetahui proporsi masing-masing tingkatan/kategorimenurut masyarakat.
3.2  Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswi dapat mengaplikasikan teori yang ada dalam makalah ini dalam praktik kebidanan komunitas.